Laporan Wartawan Tribun Medan, M Andimaz Kahfi
TRIBUNBUNNEWS.COM, MEDAN -- Aktivis Hak Asasi Manusia sekaligus Seniman, Ratna Sarumpaet yang terkenal vokal dalam menyuarakan hak rakyat, datang mengunjungi Pelabuhan Tigaras untuk melihat perkembangan pencarian korban hilang KM Sinar Bangun.
Dituding hanya mencari panggung di tengah duka keluarga korban KM Sinar Bangun, Ratna menyebut mengapa ia datang di akhir-akhir pencarian.
Menurut Ratna, dirinya selama ini sebenarnya sudah memantau terus perkembangan melalui televisi.
Namun karena kesibukan, sehingga belum bisa memutuskan apakah harus ke Tigaras atau tidak.
"Tetapi waktu saya lihat mereka bicara di beberapa televisi, ada wacana pencarian akan dihentikan. Saya pribadi langsung gusar dan saya putuskan, koordinator saya kan Atika, saya putuskan, aku berangkat deh dan saya berangkat kemarin kesini," kata Ratna, Senin (2/7/2018).
Ia menambahkan bahwa ini benar-benar timingnya tepat. Kalau tidak datang kemarin Minggu (1/7/2018), persoalan ini tentu tidak akan terbuka.
"Yang menjadi kecemasanku, persoalan ini seperti terkurung hanya jadi persoalan Simalungun. Lalu tukang membuat keputusan tiba-tiba datang dari Jakarta yang berkuasa penuh dan ini mau di-cut. Tentu masyarakat Indonesia suatu saat akan berdosa, karena kita tidak memperdulikan saudara-saudara kita di Simalungun," katanya.
Baca: Kasus Suap DPRD Sumut, 37 Orang Bakal Jadi Tersangka?
"Kalau buat saya cara melihat persoalan kemanusiaan seperti itu. Makanya kemarin saya berangkat, apa adanya bawa tenda dan bantuan apa yang bisa kita berikan. Tetapi ternyata bantuan yang paling penting menurut saya advokasi," sambungnya.
Lanjut, karena tujuannya datang mau nyari keluarga korban yang selama ini didengar berkumpul di sekitar Pelabuhan Posko terpadu di Tigaras, tapi pas datang tidak ada sama sekali keluarga korban yang berkumpul di Pelabuhan Tigaras.
Ternyata, baru diketahui rupanya ada rapat di Kantor Bupati dan di rapat ternyata sudah diputuskan pencarian akan dihentikan.
Dengan diberhentikannya pencarian, keluarga korban akan diberikan asuransi per satu nyawa Rp 60 juta.
Lalu akan dibangun monumen supaya nanti ziarah ke monumen.
"Kalau buat aku itu menggampangkan banget. Karena kayak mana sih kita mengukur nyawa manusia. Kita harus ingat betul kejadian di Danau Toba itu bukan bencana alam," ujarnya.