TRIBUNNEWS.COM, SIMALUNGUN - Perwakilan keluarga penumpang Kapal Motor Sinar Bangun yang tenggelam bersama Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan bertolak ke arah tengah Danau Toba, Senin (2/7/2018) siang.
Mereka mendatangi titik karamnya kapal pengangkut 188 orang saat berlayar dari Simanindo, Kabupaten Samosir menuju Tigaras, Kabupaten Simalungun, tepat dua pekan silam tepatnya Senin (18/6/2018).
Prosesi diikuti keluarga inti korban hilang, yang berjumlah 164 jiwa.
Saat prosesi tabur bunga, keluarga korban tampak histeris.
Menatap danau dalam-dalam sembari memangil nama keluarga masing-masing yang hilang.
Beberapa dari mereka ada yang berdoa dan meminta maaf ke ruh yang dianggap suci serta berkuasa di Danau Toba.
Keluarga tersebut mengatakan, kejadian itu akibat kecerobohan serta ulah manusia yang tidak pernah bersyukur telah hidup berkat Danau Toba.
Baca: Menko Luhut: Pencarian Korban KM Sinar Bangun Sudah Maksimal, Tak Mungkin Dilakukan Pengangkatan
"Naburju do hamu ompung. Unang be mangarimas hamu ni akka pangalaho ni manisia on. (Leluhurku yang ada di Danau, kalian adalah orang baik. Maafkan kami manusia yang tidak pernah menjaga danaumu)," ujar seorang nenek sambil menggendong cucunya serta terus menangis menatapi danau.
Mereka menumpangi kapal feri, mengenakan perlengkapan jaket keselamatan (life jacket) menuju titik karamnya KM Sinar Bangun, beberapa mil dari Tigaras.
Para keluarga menabur bunga untuk mengenang ratusan penumpang KM Sinar Bangun yang sudah ditemukan titik tenggelam namun belum dapat dievakuasi dari dasar danau berkedalaman 450 meter.
Sejauh ini, dari 188 penumpang dan anak buah kapal, baru 24 orang yang ditemukan, yakni 21 orang selamat dan tiga orang meninggal dunia.
Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan berkunjung ke Posko Tim Pencarian KM Sinar Bangun di Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, kemarin.
Selain menggelar rapat bersama instansi terkait, seperti Badan SAR Nasional, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan pemerintah daerah, Luhut bertatap muka langsung dengan keluarga korban membahas perkembangan evakuasi KM Sinar Bangun berikut korbannya.
Pada pertemuan tersebut, keluarga korban menyampaikan permohonan mereka kepada pemerintah.
Luhut berjanji mengakomodir permintaan keluarga korban.
Baca: Empat Tahun Lalu Ratusan Warga Meninggal akibat Longsor, Kini Dusun Jemblung Sisakan Belantara Sepi
Luhut menjelaskan, secara teknis bila bangkai kapal dan jenazah korban dipaksa untuk diangkat akan mengalami risiko.
Dampak kerusakan pada tubuh dan bangkai kapal untuk pengangkatan menurutnya tidak sedikit.
Secara teknis dan kondisi suhu dan tekanan air di dasar danau yang dianggap menjadi kendala evakuasi.
Dia menganjurkan akan tetap membuat monumen untuk diziarahi. Namun sepenuhnya dia menyerahkan kepada keluarga korban.
"Memang kita pengin ngangkat tapi secara teknis kalau itu dilakukan itu bisa berdampak macam-macam. Pecah badan itu, pecah kapal itu," ujar Luhut.