"Kolom abu yang mencapai 2.500 meter mengindikasikan aktivitas gunung masih tinggi, dan mengalami peningkatan sedikit. Peningkatan tinggi kolom kemungkinan disebabkan oleh adanya pertumbuhan magma baru," kata Devy saat ditemui di Pos Pantau Gunung Agung di Rendang kemarin.
Ia menjelaskan, adanya gempa vulkanik pada Selasa (3/7/2018) mengindikasikan kemungkinan adanya pertumbuhan magma baru, meskipun belum signifikan.
Magma baru menambah tekanan ke dalam gunung.
Erupsi pada siang dan malam hari kemarin kemungkinan disertai lontaran lava pijar.
Namun, lava pijar tak terlihat pada erupsi siang hari, dan terlihat pada erupsi malam hari.
Di lereng gunung masih ada kebakaran hutan akibat terkena lontaran lava pijar.
Kendati aktivitas vulkanik cenderung meningkat, PVMBG masih menetapkan level bahaya adalah Siaga (Level III), dan perkiraan wilayah bahaya masih di radius 4 kilometer dari kawah puncak gunung.
"Zona perkiraan bahaya bersifat dinamis dan terus dievaluasi, serta dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yang paling baru," kata Devy.
Baca: Investasi Properti di Bali, 7 Pimpinan Perusahaan Jepang Ditangkap Polisi
Kendati dalam sehari kemarin terjadi tiga kali erupsi, bahkan salah satunya dengan ketinggian kolom abu 2.500 meter dari puncak gunung, Status Vulcano Observatory Notice to Aviation (VONA) yang dikeluarkan oleh PVMBG masih di warga oranye atau masih cukup aman untuk penerbangan dari dan menuju Bali.
Communication & Legal Section Head Bandara I Gusti Ngurah Rai, Arie Ahsanurrohim menyampaikan, berdasarkan pantauan satelit Himawari, arah angin dan sebaran abu vulkanik menuju ke barat dan belum mengarah atau belum menutupi kawasan ruang udara (air space) Bandara I Gusti Ngurah Rai hingga kemarin sore.
Arie menambahkan, paper test juga menunjukkan hasil nihil atau tidak ditemukan debu vulkanik di kawasan bandara.
"Sejauh ini penerbangan dan operasional Bandara I Gusti Ngurah Rai masih berjalan normal. Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti BMKG, Direktorat Navigasi Penerbangan, AirNav Indonesia, dan maskapai untuk memonitor persebaran debu vulkanik secara berkala," ungkapnya.
Arie menyampaikan para pengguna jasa angkutan udara tidak perlu terlalu khawatir atau cemas mengenai operasional bandara, karena pihaknya selalu terus memberikan informasi terkini mengenai kondisi di bandara.