Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Rafan A Dwinanto
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Setelah menghentikan aktivitas alat berat di lokasi penambangan CV SSP, warga RT 24 Kelurahan Sangasanga Dalam, Kecamatan Sangasanga, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) masih siaga satu terhadap aktivitas penambangan.
Warga berjaga 24 jam di gerbang RT, guna mencegah masuknya karyawan tambang ke lokasi penambangan.
"Saat ini warga masih melakukan blokade jalan. Semua karyawan CV SSP dilarang melalui jalan warga RT 24 karena sudah tidak menghargai warga kampung," kata Muhamad Zainuri, Ketua RT 24 saat dikonfirmasi, Selasa (31/7/2018).
Menurut Zainuri, CV SSP tetap menambang meski masyarakat tidak menyetujui dan membuat warga geram.
"Mereka merusak (menambang) kampung kami. Dan mereka lalu lalang dengan kendaraan operasional dan karyawannya melintasi jalan RT 24 yang dibangun oleh warga, dirawat oleh warga. Seoalah meremehkan kami," tegas Zainuri.
Menurut Zainuri, warga RT 24 akan terus siaga hingga waktu yang belum ditentukan, untuk mencegah aktivitas tambang kembali mengeruk kampung mereka.
Warga, kata Zainuri, berpedoman pada hasil rapat bersama Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan instansi terkait lainnya, 25 Juli lalu.
Diketahui, dalam rapat tersebut, CV SSP diminta untuk tidak beroperasi dulu.
Baca: Banyak Kasus Korupsi di Tambang, Ketua PP Muhammadiyah: Karena yang Dipakai Pemerintah Nalar Rente
"Kami akan tetap blokade jalan untuk memastikan keputusan rapat tanggal 25 Juli dijalankan. Batas waktu blokade jalan sampai batas waktu yang tidak tertentu. Ini agar ketika ada gerakan nambang lagi, maka warga akan segera melakukan penghadangan," katanya lagi.
Warga RT 24 berjaga bergiliran di pintu gerbang desa. Mereka membentangkan spanduk bernada penolakan terhadap aktivitas tambang.
Selain itu, jalan menuju lokasi pertambangan juga diportal. Sebelumnya, warga beserta anak istrinya menyetop aktivitas alat berat yang sedang mengupas lahan untuk diambil batubaranya.
"Warga yang siang bekerja, maka malam mereka jaga. Yang kerja malam mereka siang berjaga. Termasuk warga yang sedang tidak ada aktivitas penting mereka akan ikut gabung dalam aksi. Bahkan ada sampai meninggalkan kerjanya agar bisa ikut aksi membela kampung ini," tutur Zainuri.