TRIBUNNEWS.COM, MATARAM - Setelah tiga hari terjebak di bawah reruntuhan Masjid Jamiul Jamaah, Karang Pangsor, Pemenang Barat, Lombok Utara, Salemah akhirnya berhasil dievakuasi oleh tim Basarnas, Rabu (8/8/2018) pukul 12.00 Wita.
Salah satu relawan Basarnas yang turut mengevakuasi jenazah Salemah berasal dari Kabupaten Tabanan, I Made Kayuniade.
Made Kayuniade saat diwawancarai Tribun Bali mengatakan, proses evakuasi jenazah Salemah tersebut merupakan evakuasi tersulit yang pernah dia lakukan.
"Kalau ketemu korban di reruntuhan, itu sudah paling sulit. Jadi dari kemarin itu kita buat celah agar bisa evakuasi korban," katanya berkisah usai evakuasi.
Tim relawan juga menemukan tubuh korban terjepit dan terpisah ditimpa bangunan yang roboh akibat diguncang gempa dahsyat 7.0 SR pada Minggu (5/8/2018) malam.
Dan itu menurut dia adalah hal sulit.
"Tubuh korban sudah terpisah. Dan juga ada satu tiang yang menimpa korban di bagian kepala hingga pundak. Iya, ini paling sulit," tuturnya.
Salemah adalah bibi dari Lalu Muhammad Zohri, pelari muda 100 meter Indonesia yang menjadi juara dunia pada Kejuaraan Dunia Atletik Junior 2018 di Tampere, Finlandia, belum lama ini.
Saat ini Zohri bergabung dengan Pelatnas Asian Games 2018 di Jakarta.
Proses evakuasi Salemah berjalan dramatis dan penuh tantangan.
Butuh waktu hampir 24 jam bagi relawan untuk mengeluarkan tubuh bibi Zohri dari reruntuhan masjid di kampungnya itu.
Tribun Bali pun turut menyaksikan proses evakuasi Salemah tersebut, Rabu (8/8/2018).
Tampak Made Kayuniade bersama sejumlah anggota lainnya merambah masuk ke ruangan sempit tak bercela di antara reruntuhan.
Pengap dan panas mereka terobos.
Baca: Warga Prancis Kritik Lambannya Polisi Jepang Menangani Kasus Putrinya yang Hilang
Tim Basarnas mengerahkan banyak pasukan untuk evakuasi.
Dengan peralatan lengkap termasuk alat pernapasan, sarung tangan, helm, baju dan celana safety, tim relawan masuk dan menyusuri sebuah lubang yang berukuran tidak terlalu besar.
Lubang tersebut dibuat sebagai akses keluar masuk relawan dan tentunya juga untuk mengevakuasi korban.
Celah tersebut sudah dibuat sejak Selasa (7/8/2018).
Tim sebelumnya memutuskan mencari tanda-tanda kehidupan dan faktanya tidak ada sehingga menggunakan alat berat, untuk membongkar reruntuhan agar ada akses masuk.
"Kalau kita evakuasi dari dalam berisiko sehingga harus buka akses dengan memotong besi, juga menyanggah bangunan dengan alat berat," kata dia.
Basarnas dan relawan kemudian memutuskan mengangkat jenazah korban yang sudah tercium aroma khas tersebut pada Rabu kemarin.
"Kita putuskan melanjutkan hari ini (kemarin) dengan membuka ruang yang lebih lebar lagi agar akses menuju korban bisa dilanjutkan. Dan terbukti bisa kita lakukan dan berhasil mengevakuasi korban," jelas Made Kayuniade.
Ade yang sudah 18 tahun bergabung di Basarnas menyebut, posisi korban di dalam masjid itu terjepit dan dikelilingi dengan reruntuhan.
"Samping kiri kanan semua reruntuhan, tidak ada barang-barang lain. Pakaian ibadahnya juga masih lengkap di badan," kata dia.
Hal yang paling diingat Ade yakni saat ia harus membuka jalan bagi evakuasi korban dan harus menopang tiang masjid.
"Yang paling sulit ya pas membuka jalan bagi korban agar bisa keluar. Dan itu menggunakan alat berat. Jadi tiang itu kita letakkan alat berat sebagai penyanggah agar reruntuhan tidak jatuh," urainya.
Setelah berjuang keras, akhirnya Made Kayuniade dan kawan-kawan berhasil mengangkat dan mengeluarkan jenazah Salemah dari reruntuhan masjid.
Tampak keringat bercucuran di wajah Ade, panggilan Kayuniade.
Kedua telapak tangan dan jari-jarinya pucat pasi dikurung sarung tangan medis selama berjam-jam.
Rekan Made Kayuniade yang juga relawan, Suhendra, menuturkan bagaimana ketegangan yang terjadi dalam evakuasi tersebut.
"Yang bikin lama itu karena posisi korban yang terjepit tiang itu. Kita tetap pelan-pelan masuk dan menyangga tiang itu agar bisa menarik keluar korban." tutur relawan asal Mataram, NTB, ini.
Kondisi jenazah juga sudah hancur.
Baca: LPAI Apresiasi Kerja Polda Metro Jaya Ungkap Kasus Prostitusi Anak di Apartemen Kalibata City
"Kurang tahu bagaimana posisinya, tapi sudah hancur tidak karuan lagi. Kemarin (Selasa) kita sudah masuk tapi karena korban ada di posisi agak jauh dan terjepit, apalagi sudah malam makanya kita hentikan evakuasi." jelasnya.
Menurutnya, tidak bisa sembarangan dalam mengevakuasi karena ada reruntuhan yang labil. Jika salah menyanggah, bisa jadi malapetaka bagi tim relawan.
"Itu reruntuhan kan labil, jadi kita lihat bagaimana posisinya. Karena terjepit maka posisi bangunan ini labil, jadi cari posisi bagus untuk sanggah tiangnya," ucap Suhendra, yang sudah bergabung ke Basarnas sejak 2007 silam.
Relawan lainnya, Willy, merasa lega akhirnya bisa mengevakuasi korban.
Saat proses evakuasi, yang dipikirkan Willy hanya satu; mengeluarkan korban dari dalam reruntuhan.
"Kini sudah rasa lega bisa evakuasi korban, tapi masih ada beberapa lagi korban yang harus kita evakuasi. Mudah-mudahan semuanya berjalan baik," ujar relawan asal Kupang, NTT, ini.
Artikel ini telah tayang di Tribun-bali.com dengan judul Cerita I Made Kayuniade Saat Keluarkan Bibi Zohri dari Reruntuhan ‘Itu Sudah Paling Sulit’