Suweji pun menyatakan, jika kondisi anaknya masih mengalami kerauhan hingga lewat sampai selama tiga hari, pihaknya akan meminta pertanggungjawaban kepada Bupati Eka.
“Kalau misalnya terjadi lagi (kerauhan) agar ditindaklanjuti secara serius oleh pengagas tarian ini. Yang saya kawatirkan psikologis anak saya nanti terganggu. Mungkin untuk penanganannya lebih serius turun ke bawah melihat anak yang mengalami kerauhan ini,” ujarnya.
Sementara Kepala SMPN 3 Selemadeg Timur, Putu Arka Bujangga menuturkan awalnya sebanyak 25 siswinya mengikuti tari kolosal yang sakral tersebut.
Baca: Ratu Kerajaan Ubur-ubur yang Mengaku Keturunan Nyi Roro Kidul Sebut Jokowi, Ini Katanya
Usai pementasan, tujuh siswi di antaranya mengalami kerauhan di Tanah Lot. Kerauhan berlanjut di sekolah pada Senin (20/8) siang.
“Yang ikut 25 siswi, tapi yang kerauhan tujuh siswi. Tapi tujuh siswi ini malah kesurupan lagi ketika berada di sekolah. Seketika berteriak histeris saat sembahyang di pura sekolah," tuturnya saat mengantar para siswa menggelar persembahyangan atau ngaturan guru piduka di Pura Tanah Lot.
Pujangga mengaku merinding saat mendengar cerita dari siswi yang kerauhan tersebut.
Siswi yang sempat kerauhan selalu mendengar gamelan dan nyayian Ratu Segara Nyi Roro Kidul seperti saat pementasan tarian kolosal ini.
“Kami yang juga merasa khawatir dengan keadaan siswa yang tidak ada hentinya kesurupan. Akhirnya berangkat ke Pura Luhur Tanah Lot untuk mepamit,” tandasnya.
Kepala SMPN 4 Kediri, Dewa Nyoman Sarjana pun membenarkan adanya peristiwa kerauhan yang terjadi di sekolah.
Kerauhan dialami oleh siswi yang ikut dalam pementasan Tari Rejang Sandat Ratu Segara pada Sabtu sore.
“Ya ada kerauhan, dan sudah ditangani dengan nunas tirta wangsupadan ke Tanah Lot. Kami juga sudah ngaturan pejati di Padmasana sekolah. Kemudian siswi yang kerauhan kami perciki tirta dan saya suruh pulang agar tidak memengaruhi yang lainnya,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (21/8).
Baca: Andritany Dianggap Sudah Kembali ke Performa Terbaiknya oleh Sosok Ini
Sarjana menyebutkan siswi yang mengalami kerauhan sebanyak 5 orang.
Namun, ia tak mengetahui pasti jumlahnya, sebab siswi yang kerauhan kemudian terpencar baik ada yang diajak pulang oleh orangtuannya dan sebagainnya.
“Info dari Wakasek saya ada lima orang yang kerauhan, mungkin sudah ada yang pulang dengan orang tuannya juga. Karena saat itu (terjadinya kerauhan) saya masih di tempat workshop,” katanya.