TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA - Upacara Melis di Desa Adat Kubutambahan, Buleleng, Bali yang digelar pada Sabtu (25/6/2018) siang diwarnai dengan aksi perusakan sejumlah kendaraan milik warga yang melintas.
Sebanyak lima unit mobil dilaporkan mengalami kerusakan, utamanya di bagian kaca.
Perusakan ini diklaim terjadi secara tidak sengaja alias berada di bawah alam kesadaran para peserta yang mengikuti Upacara Melis.
Dihubungi melalui saluran telepon seluler Minggu (26/8/2018), Ketut Suastika (42) menuturkan, saat itu rombongan keluarganya baru saja usai melaksanakan Upacara Meajar-Ajar di Kabupaten Karangasem.
Ia bermaksud ingin kembali ke Desa Tuwed, Melaya, Jembrana.
Rombongan pun mengambil jalur melalui Desa Kubutambahan, Buleleng.
Saat mamasuki Desa Kubutambahan itulah, rombongan keluarganya berpapasan dengan para peserta yang sedang menggelar kegiatan upacara Melis.
Anggota DPRD Kabupaten Jembrana ini pun mengakui saat itu para pecalang dari Desa Adat Kubutambahan telah mengimbau rombongan keluarganya agar segera turun dari dalam mobil.
Baca: Polrestabes Surabaya Selidiki Kasus Bripda Agis Dicakar Peserta Aksi #2019GantiPresiden
Nahas, adiknya, Made Hendrik (27), terlambat turun dari dalam mobil Avanza DK 977 XE.
Sejumlah peserta upacara Melis utamanya yang menyungsung (membawa) Ida Betara pun tanpa sengaja menyeruduk mobil tersebut hingga bagian kaca mobil sebalah kanannya pecah.
"Adik saya terlambat turun dan tidak sempat mematikan mesin mobil karena dia sedang menggendong anaknya yang masih berumur tiga tahun. Tiba-tiba yang menyungsung Ida Betara itu menabrak mobil adik saya sampai kaca mobil sebelah kanannya pecah," kata Suastika.
"Setelah itu adik saya keluar dan dia langsung dikejar oleh salah-satu orang yang menyungsung Ida Betara tersebut. Dia lari sampai sekitar 100 meter. Lalu bagian mata sebelah kanannya dipukul hingga bengkak," ungkap Suastika.
Tak hanya mobil Avanza milik sang adik, tiga unit bus mini dan satu unit mobil travel yang disewa oleh keluarga Suastika juga ikut rusak.
"Kami benar-benar tidak tahu akan ada upacara Melis di Kubutambahan. Kami juga tidak tahu dengan tradisi di sana yang mengharuskan seluruh pengendara agar turun dari mobilnya. Polisi saat itu ada di lokasi, namun sepertinya mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Rombongan kami itu ada sekitar 600 orang," ujar Suastika.
Baca: Kasus Pencabulan Terungkap Setelah Sang Ayah Tak Sengaja Membaca Pesan Mesum di Ponsel Anak Gadisnya
Suastika dan keluarganya telah melaporkan kejadian tersebut ke Mapolsek Kubutambahan.
Namun pihak polisi meminta agar lima unit mobil yang rusak tersebut ditahan untuk sementara waktu di Mapolsek untuk dijadikan sebagai barang bukti.
"Rombongan harus pulang. Jadi kami tidak bisa menaruh mobil di Polsek untuk dijadikan barang bukti. Tapi adik saya sudah menjalani visum, dan hasilnya sudah diserahkan ke Polsek," terangnya.
Suastika pun berharap, dengan adanya kejadian ini, antara keluarganya dan prajuru di Desa Adat Kubutambahan dapat saling bertemu untuk berkomunikasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut secara bersama-sama.
Sementara, Kelian Desa Adat Kubutambahan, Jero Pasek Warkandea mengucapkan permohonan maaf kepada para korban yang kendaraannya rusak.
"Kami tidak mengharapkan kerusakan ini terjadi. Namun itu terjadi di bawah kesadaran para peserta Melis. Kami sebenarnya sudah mengimbau kepada masyarakat melalui media, baik radio atau koran bahwa akan ada kegiatan Melis. Dalam jarak 100 meter pecalang dan polisi juga sudah mengimbau para pengendara untuk turun. Namun karena meboye, ya seperti ini lah kejadiannya," jelas Jero Warkandea.
Apakah pihak desa akan mengganti rugi mobil-mobil yang rusak?
"Itu sudah menjadi risiko. Kami tidak bisa mengganti. Kami hanya melaksanakan upacara dan tradisi yang dilaksanakan selama berpuluh-puluh tahun," jawabnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-bali.com dengan judul 5 Mobil Diseruduk Peserta Melis Yang Sedang Berada di Alam Bawah Sadar, Ini Yang Terjadi