"Kemarin saya sudah menjenguk anak itu. Dari dokter memang infeksi kulit, tapi sekarang kondisinya sudah membaik," katanya.
Sementara, Usman, Kepala Puskesmas Bukit Suban yang kebetulan mendampingi Kadis Dinkes Jumat (21/9) mengatakan, vaksin tersebut diberikan satu vial untuk delapan anak.
Baca: Seorang Pria Tewas di Apartemen, Polisi Temukan Alat Kontrasepsi di Kamarnya
Satu sekolah kemarin ada 260 an tapi yang sakit seperti itu hanya satu.
"Waktu itu kami berikan 7 Agustus, baru diberi tahu kami soal anak itu (Afifah) 15 September," terang Usman.
Menurut Usman, dari pengakuan orangtua siswa itu, anaknya (Afifah) memang tiga hari sesudah vaksin itu demam biasa.
Saat dilakukan imunasi tersebut, pihaknya melakukan pemeriksaan kesehatan siswa terlebih dahulu.
"Kami periksa satu per satu, kalau anak kondisi kurang bagus tidak boleh diberikan imunisasi. Kebetulan anak itu (Afifah) sehat, dan orang tuanya mengaku sehat waktu diimunisasi, yang kita vaksin waktu itu banyak, tapi yang sakit hanya satu," ungkapnya.
Sesuai juknis yang ada di Kementerian Kesehatan kata Usman, Rubella tidak ada menimbulkan gejala, namun yang menimbulkan gejala adalah campak, gejalanya berupa bintik-bintik.
"Rubella tidak ada gejala, Rubella itu ibu hamil, melahirkan dan cacat, makanya kita mengantisipasi ini makanya digabung campak dan rubella," paparnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Vaksin MR untuk Siswa SD dan SMP di Sarolangun Dihentikan Sementara