Artinya, kondisi kurang nyaman dari orangtua membuat anak mencari kenyamanan di luar, antara lain dengan pasangan atau pacarnya.
Ujungnya, terjadi hal-hal yang melampaui batas seperti hamilnya sang anak yang sejatinya masih usia dini.
"Terlebih keberadaan gadget dan mudahnya mengakses berbagai informasi seperti saat ini. Saya juga baru mendapat konseling dua remaja SMA berpacaran, sama-sama dari keluarga brokenhome. Cari kenyamanan di luar dan kemudian hamil," bebernya.
Secara nasional, terusnya, sepanjang 2017, kasus kekerasan terhadap anak tercatat 317 kasus.
Pada 2018, sampai September 2018, angka tahun lalu tersebut sudah terlampaui. "Yang tertinggi kasus bullying, selain itu yakondisi anak hamil," ujar Toni.
Dikatakan Toni, orangtua perlu mengajak anak berbicara dan punya waktu bersama.
Bukan sekadar memenuhi kebutuhan finansial anak.
"Punya waktu bareng anak di jam 6 sore sampai 9 malam. Melakukan 3B, belajar, bicara, bermain. Itu perlu untuk melihat perkembangan anak, " kata dia.
Penjualan Kondom
Sementara, Dwi Hafsah Handayani juga membeberkan fenomena penjualan kondom dan alat tes kehamilan atau tespack di lingkungan sekitar kampus, sekolah, maupun kosan.
Ia menyebut kondom dan tespack termasuk produk yang laris manis di lingkungan sekitar kampus, sekolah, maupun indekos.
Dwi mengklaim pernah melakukan survei ke apotek-apotek di sekitaran kampus dan indekos di Lampung.
"Dalam 1 bulan ada 100 pieces terjual (kondom dan tespack). Ini kan sangat memprihatinkan," kata Hafsah.
Penelusuran reporter Tribunlampung.co.iddi sejumlah minimarket di Bandar Lampung, Senin (1/10/2018) sore, terungkap bahwa tidak sedikit konsumen yang terlihat masih usia pelajar, membeli kondom di minimarket.