Laporan wartawan Tribun Medan Arjuna Bakkara
TRIBUNNEWS.COM, SAMOSIR – Ratna Sarumpaet beberapa hari lalu mengaku berbohong kepada publik telah dianiaya hingga wajahnya lebam dan ternyata lebam diwajahnya akibat operasi plastik.
Temuan dan penyidikan polisi sumber rekening yang digunakan untuk operasi plastik itu adalah rekening yang digunakan untuk mengumpulkan dana bagi musibah kapal tenggelam di Danau Toba.
Robert Sidauruk,orangtua satu dari korban KM Sinar Bangun mengaku mengetahui kedatangan Ratna Sarumpaet ke Pelabuhan Tiga Ras Kabupaten Simalungun untuk meninjau korban-korban tenggelamnya KM Sinar Bangun.
Namun, selama ini dia tidak pernah mengetahui Ratna membuka rekening peduli Korban KM Sinar Bangun.
“Kami tidak pernah tahu kalau Ratna Sarumpaet pernah membuka rekening,” ujarnya saat ditemui Tribun di Simanindo, Kabupaten Samosir.
Baca: Prabowo Dibohongi Ratna Sarumpaet, Rachland Nashidik Analogikan dengan Pengemis
Nomer Rekening BCA 2721360727 pernah dibuka dan dijadikan menampung bantuan amal untuk ditujukan kepada keluarga korban tenggalamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba.
Melalui putrinya Atiqa Hasiholan, Ratna dan pada 29 Juni 2019 menghimpun dana mereka menganjurkan agar sumbangan ditransfer selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB besok harinya.
Baca: Prihatin Kasus KM Sinar Bangun, Komisi V Soroti Aspek Keselamatan Angkutan Penyeberangan
Namun, diduga uang dari rekening tersebut dipakai untuk membiayai operasi Ratna.
Robert Sidauruk, ayah Jaya Sidauruk (25) korban tenggelam Kecelakaan yang masih hilang hingga hari ini mengatakan tidak mengetahui apakah ada bantuan dari Ratna Sarumpaet.
Sepengetahuannya, bantuan Ratna tidak pernah sampai kepada keluarga-keluarga korban di Pulau Samosir, termasuk dirinya.
Menanggapi Ratna menggunakan rekening yang sama dalam proses biaya operasi,tentu Robert merasa terpukul.
Kata Robert, selaku ayah kandung keluarga korban dia tidak mempersoalkan jumlah besaran dana melainkan menilai Ratna memperdalam luka di atas duka para keluarga korban tenggelamnya Km Sinar Bangun, termasuk dirinya.
“Menurut kami, ini Ratna terlalu tega dan sudah pelecehan kepada kami para keluarga Korban KM Sinar Bangun. Kami tidak melihat jumlah besaran angka, tapi jangan duka kami dijual,” ujar Robert kesal.
Kepala Desa Simanindo ini juga berharap, Kepolisian dapat memproses kasus tersebut dengan bijak.
Apalagi, keluarga korban masih dilanda duka berkepanjangan.
Diwawancarai pada saat kejadian, Robert menuturkan Anaknya Jaya Sidauruk pernah bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK).
Baca: Ini Kata Anies Baswedan Soal Biaya Ratna Sarumpaet Ke Chile
Namun, dua bulan sebelum kejadian Jaya tidak lagi bekerja sebagai ABK pada kapal penyeberangan Simanindo-Tigaras.
Entah mengapa,pada hari naas 18 Juni, putra sulungnya tersebut pergi ke kapal dan hari itu menjadi perpisahan terakhir bagi mereka setelah KM Sinar Bangun tenggelam.
Sebelum mengetahui anaknya sendiri yang menjadi korban, pasca kejadian dia malah masih ikut membantu membawa korban ke Puskesmas terdekat saat mengevakuasi korban dari Danau Toba.
Dirinya bahkan, tidak pernah menyangka ternya amaknya ikut korban di dalam kapal maut itu.
Maria Sidauruk,keluarga korban lainnya kepada Tribun mengatakan hal serupa.
Selama ini dia tidak tau menahu soal rekening yang dibuka Ratna Sarumpaet untuk membantu Keluarga Korban KM Sinar Bangun.
Maria mengatakan hal serupa, pasca kejadian hingga saat ini tidak ada berhubungan dengan Ratna ataupun pihaknya perihal aksi yang dilakukan ratna membuka dompet peduli KM Sinar Bangun.
Menyikapi Ratna, selaku keluarga korban Maria tentu merasa keberatan dan menilai Ratna tidak sewajarnya melakukan hal itu.
Selebihnya, Maria mengaku menyerahkan itu kepada pihak kepolisian saja.
Maria sedikitnya kehilangan 12 orang keluarga dekatnya yang di antaranya adalah keponakannya.
Saat itu, kata Maria perempuan kelahiran 1996 ini kerabat keluarganya berkumpul di Sihusapi, Samosir untuk menjalankan prosesi pesta tugu pada adat istiadat Batak.
Para kerabat keluarga yang sudah lama merantau, termasuk yang sudah lahir di perantauan pun pulang ke tanah leluhur mereka di Samosir ketika itu.
Tentu, sebut Maria moment itu saat yang tepat melepas rindu antar keluarga. Tetapi, naas dan momen baik itu menjadi perpisahan terakhir bagi keluarga besar itu. (Jun/tribun-medan.com)