Laporan Wartawan Tribun Jateng, Dhian Adi Putranto
TRIBUNNEWS.COM, KENDAL - Rencana penutupan dua lokalisasi di Kabupaten Kendal yakni Lokasisasi Gambilangu dan Lokalisasi Alas Karet (Alaska) menimbulkan penolakan oleh para warga lokalisasi tersebut.
Ketua Resos Gambilangu'>Lokalisasi Gambilangu, Kasmadi mengatakan pihaknya pun menolak rencana penutupan itu.
Menurutnya menutup lokalisasi bukanlah sebuah solusi untuk menghilangkan penyakit masyarakat. Malahan penutupan lokalisasi membuat penyebaran penyakit masyarakat menjadi meluas.
"Hingga saat ini belum jelas kapan akan ditutup. Katanya tahun 2019 tapi bulan dan tanggalnya belum jelas," ujarnya saat dikonfirmasi Tribun Jateng, Selasa (30/10/2018).
Kasmadi menambahkan jika ditutup maka penyebaran penyakit HIV dan Aids akan sulit terpantau dan dapat bermunculan dimana-mana.
Pasalnya Pekerja Seks Komersial (PSK) akan menjajakan diri mereka dengan cara sembunyi-sembunyi dan sembarang tanpa terpantaunya kesehatan mereka.
"Memang beberapa waktu yang lalu para PSK mendapatkan pelatihan membuat kue dari Dinas Sosial Kendal, namun sayangnya dalam rapat koordinasi yang diadakan kemarin (29/10/2018) malah tidak melibatkan kami sebagai pihak lokalisasi untuk membahas penutupan lokaslisasi," jelasnya.
Menurutnya jika benar-benar ditutup, maka yang hendak ditutup adalah hanya layanan prostitusinya saja, sedangkan untuk layanan hiburan tetap ada dan para PSK pun akan beralih profesi tidak lagi PSK melainkan menjadi pemandu karaoke.
"Jika setalah diberikan pelatihan membuat roti dan modal yang tak seberapa, modal itu akan habis untuk kehidupan sehari hari, sedangkan berjualan roti tidak langsung dapat laku besar," ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Pendamping Lapangan (PL) dua lokaslisasi itu yakni Sunarti. Ia mengatakan bahwa menutup lokalisasi membuat pihaknya kesulitan mendampingi dan memantau aktivitas Pekerjaan Seks Komersial (PSK).
Para PSK yang lokalisasinya digusur akan menjajakan diri mereka secara diam-diam dan sulit terpantau.
"Bekerja sebagai PSK di lokalisasi itu tidak bisa sembarangan, harus memiliki administrasi kependudukan. Dari data itu kami bisa mengetahui jumlah PSK yang terdaftar dan kami dapat memantau dan mendampingi mereka terutama pada hal kesehatan," ujarnya
Menurutnya penyebaran penyakit HIV dan Aids juga akan sulit terdeteksi jika lokalisasi dibubarkan, pasalnya para PSK yang positiv terjangkit HIV pun terkadang masih menjajakan diri mereka.
Jika ditutup maka PSK tersebut bisa saja menjajakan diri mereka ke orang lain karena tidak ada pemantauan.
"Saya pernah menanyakan kepada seorang PSK yang selama seminggu mendapatkan pelatihan dari pemkab untuk membuat kue kemudian kue tersebut dijual.
PSK tersebut memang melakukannya dan langsung mendapatkan pesanan, namun seminggu kemudian kembali menjajakan diri mereka seraya bilang 'kalau kuenya tidak laku yang jadi gini (PSK) lagi," pungkasnya.(*)