Laporan Wartawan Tribun Jabar, Yongky Yulius
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat mewaspadai potensi cuaca ekstrem.
Meskipun bukan masa peralihan atau pancaroba, potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang datang secara mendadak dan dalam durasi singkat, angin kencang berkecepatan maksimal 46-48 kilometer per jam, petir, puting beliung, hingga hujan es, masih tetap berpotensi terjadi di musim hujan ini.
Peneliti Cuaca dan Iklim, BMKG Jawa Barat Muhamad Iid menjelaskan hal itu saat ditemui Tribun Jabar di kantornya, Jalan Cemara, Kota Bandung, Senin (5/11/2018).
"Puting beliung masih potensi. Angin kencang 46-48 kilometer per jam juga masih potensi. Begitu juga dengan hujan lebat dan hujan es. Masih ada potensi," katanya.
Jika angin kencang itu biasanya gangguan dari kondisi regional, gangguan badai di selatan atau utara.
"Kalau puting beliung bawaan angin Cb atau Cumolonimbus. Tapi angin Cb tidak mesti menimbulkan puting beliung," ujarnya.
Baca: Terbitkan Edaran, Gubernur Sumut: Cuaca Ekstrim, Waspadai Banjir dan Longsor
Lebih lanjut Muhamad Iid menjelaskan, karakteristik musim hujan periode ini memang diprediksi bakal berbeda dengan musim hujan pada 5-10 tahun lalu.
Jika dulu hujan bisa berdurasi 3-6 jam, maka saat ini, hujan berintensitas lebat bisa terjadi secara mendadak dan dalam durasi 1-2 jam saja.
"Sekarang hujannya singkat. Kejadian hujan di sore-malam hari saat ini intens. Hujannya sedikit mirip (saat pancaroba), deras dalam durasi singkat. Memang kondisi ini belum merata (di semua wilayah saat ini) tapi dua hari ke depan Bandung selatan (diprediksi hujannya) agak lebat," ujar Muhamad Iid.
Dia mencontohkan, hujan lebat dalam durasi singkat yang sempat mengguyur Bandung hingga memicu banjir terjadi di sekitaran Pagarsih pada tahun lalu.
Di banjir Pagarsih saat itu, dalam satu jam, curah hujannya sekitar 70 milimeter.
"Itu ekstrem. Di atas 20 milimeter dalam satu jam itu ekstrem," ujar Muhamad Iid.
Dijelaskannya, saat musim hujan ini, proses pembentukan awan hujan semakin intens dan kelembapannya semakin lembap.
Belum lagi, ada kondisi regional dan adanya belokan angin yang turut mempengaruhi.
"Karakteristik sekarang beda dengan dulu. Sekarang relatif dalam sejam hujannya cukup lebat.Tahun lalu juga karakterisitiknya sudah seperti itu," kata Muhamad Iid.
Identifikasi Cuaca Ekstrem
Muhamad Iid berujar, cuaca esktrem rupanya bisa diidentifikasi gejala-gejalanya sebelum terjadi.
Cara paling mudah untuk mengidentifikasinya adalah dengan melihatnya secara visual.
Dia mengatakan, jika secara visual di langit ada pembentukan awan putih yang bentuknya seperti bunga kol, lalu awan itu berubah secara drastis dalam waktu 10-30 menit menjadi hitam pekat, maka potensi terjadinya cuaca ekstrem di wilayah itu tinggi.
"Itu berpotensi terjadi cuaca ekstrem hujan lebat, hujan es, atau puting beliung," kata Muhamad Iid.