Gerobak-gerobak sebagai pengangkut jajanan, dibawa pulang dari lokasi berjualan.
Tentu saja, karena air yang juga berarus deras dari utara menuju selatan itu, membuat pedagang kewalahan mendorong gerobaknya.
Kepala Pelaksana BPBD Jembrana, I Ketut Eko Susila Artha Permana, menjelaskan ada 20 laporan dari warga yang mengalami kerugian karena hujan deras tersebut.
Baik kerugian materi hingga kerugian lainnya.
Warga pun melaporkan kerusakan rumah akibat longsor, kemudian perabot rumah yang disapu banjir.
"Ada 20-an kejadian dari catatan kami. Kalau rendaman banjir bisa ratusan KK yang terkena dampak. Selain itu juga ada longsor, pohon tumbang dan kejadian lainnya," ucap Eko, kemarin.
Untuk bencana banjir tercatat ada di beberapa daerah, misalnya di Banyubiru barat Majapahit, selatan menuju SMA Negara, Kampung Tinggi Kelurahan Pendem, Jalan Ngurah Rai Negara, Jalan WR Supratman, timur jembatan SMK TP 45, timur pom bensin Kepuh, Jalan Yudistira, dan Jalan Pulau Irian.
Wilayah yang terendam banjir paling parah antara lain Kelurahan Ketugtug dengan ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa, Kelurahan Baler Bale Agung, Desa Budeng, Loloan Timur, Dauh Waru, dan Pengambengan.
"Selain itu ada pohon tumbang di Mendoyo, tembok ambruk di BB Agung, kemudian longsor di Kaliakah, longsor di Pendem dan tembok pagar dan garasi ambruk di Pendem," papar Eko.
Di bagian lain, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman Jembrana, I Wayan Darwin, menyatakan banjir mengepung Kecamatan Negara dan Jembrana karena pintu air belum dibuka.
Di kawasan kota, Jembrana memiliki dua pintu air, yakni di Mertasari dan belakang Pasar Negara.
"Mulai tadi pagi (kemarin) sudah dibuka. Ada protapnya untuk membuka (pintu air). Pintu air milik kita, tidak ada yang rusak. Tapi memang membuka itu tidak sembarangan, artinya sekali lagi memang ada protapnya," ungkapnya, kemarin.
Masalah drainase, diakui Darwin, di beberapa wilayah memang ada sumbatan.
Itu juga menjadi masalah.