Sementara itu, Kepala Desa Lemah Abang, Karnoto menjelaskan, masyarakat mengetahui adanya ribuan batu berbentuk segi lima di Watu Bahan bermula dari kejadian tanah longsor, untuk kemudian dilaporkan ke pihak kecamatan.
"Memang dari dulu masyarakat sudah tahu ada Watu Bahan, tapi ketika ada kejadian longsor batu-batu tersebut terlihat lebih banyak. Pihak desa waktu itu melaporkan ke kecamatan dan ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah," ujarnya.
Tahun 2016 dituturkannya menjadi awal mula pembukaan Watu Bahan, dan masyarakat desa melakukan pembukaan lahan atas izin dari Perhutani Pekalongan Timur.
"Pada 2017 hingga 2018 Pemkab juga melakukan penelitian bersama instansi terkait, dalam penelitian tersebut menyimpulkan adanya nilai arkeologi di lokasi wisata Watu Bahan seluas 15 hektar yang sudah diserahkan pengelolaannya oleh Perhutani Pekalongan Timur ke Pemkab dan warga desa," imbuhnya.
Karnoto menyimpulkan atas penelitian dari pemerintah pusat, Watu Bahan sudah ada dua juta tahun yang lalu dan lebih tua dari situs yang ada di beberapa daerah.
"Karena penelitian dilakukan selama satu tahun, dan Watu Bahan merupakan proses alami dari pendinginan lava pijar Gunung Rogo Jembangan yang ada di Petungkriyono."
"Namun penelitian terus berlanjut, adanya situs sejarah terbesar yang hilang, atau sering disangkutkan dengan kota yang hilang sampai detik ini belum bisa disimpulkan," kata Karnoto. (*)