"Mau kerja juga gimana, kepikiran istri dan anak. Penghasilan sehari-hari saja hanya Rp 60 ribu, itu pun tidak tetap, apalagi sekarang tidak bisa bekerja," kata Rosid.
Sambil terus mengelus perutnya, Maria tampak bersedih menceritakan saat kejadian puting beliung.
Saat itu, ia bersama adiknya, Anisa, dan anaknya, Regin, dan ibunya, Satiri, sedang berada di dalam rumah.
"Untungnya nggak kena reruntuhan. Saya langsung menarik Anisa yang sedang hamil juga 5 bulan," kata Maria.
Setiap harinya, Satiri dan anak-ananknya bahu membahu bekerja serabutan demi sesuap nasi. Satiri biasa berjualan gorengan keliling.
Kini, Satiri tidak bisa mencari nafkah akibat peralatan dagangnya yang rusak akibat puting beliung.
"Dari anak-anak kecil, saya yang membesarkan sendiri. Saya merasa sedih sekarang harus tinggal di tenda. Namanya bencana, orang susah, mau bagaimana," kata Satiri.
Saat ini, keluarga Satiri sudah mendapat bantuan logistik dari pemerintah setempat maupun Pemkab Cirebon.
Ia berharap rumahnya segera mendapat bantuan. Mengingat saat ini memasuki musim hujan.
"Katanya sih mau dapat bantuan, tapi nggak tahu kapan," tukasnya.
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Nantikan Kelahiran Anaknya, Maria yang Sedang Hamil Besar Terpaksa Tinggal di Tenda Pengungsia