Hingga kini status GAK masih pada level III Siaga.
Dimana para nelayan dan juga pengunjung dilarang mendekati gunung api tersebut dalam jarak 5 kilometer.
GAK merupakan gunung api yang tumbuh di lokasi bekas letusan dasyat Krakatau pada 1883 silam.
Baca: Terpidana 12 Tahun Penjara, Ratna Dewi Hari Ini Diizinkan Hadiri Pengabenan Suaminya Jro Jangol
Gunung api ini mulai muncul ke permukaan laut sejak tahun 1930 silam.
Sejak saat itu GAK terus tumbuh.
Selama kurun waktu 88 tahun kehadirannya, GAK terus menunjukan fluktuasi aktivitas vulkaniknya.
Sebelum mengalami erupsi hebat pada Sabtu (22/12/2018) lalu yang memicu tsunami selat Sunda.
GAK sudah beberapa kali mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.
Tercatat terakhir GAK sempat mengalami erupsi cukup hebat pada bulan September 2012.
Dimana semburan debu vulkanik GAK sempat membuat heboh warga Bandar Lampung dan Pesawaran.
Pada tahun 2018 ini, GAK Mulai menunjukan peningkatan aktivitasnya sejak bulan Juni lalu.
Aktivitas gunung api di selat Sunda ini terus mengalami pasang surut.
Dan puncaknya terjadi pada sabtu (22/12/2018) lalu adanya longsoran matrial ke laut yang memicu terjadinya stunsami Selat Sunda.
Pasca erupsi pada pekan lalu, GAK yang semula memiliki ketinggian 338 mdpl (meter dari permukaan laut).
Kini mengalami pengurangan ketinggian dua per tiga badannya.
Saat ini ketinggian gunung api tersebut hanya 110 mdpl. (dedi/tribunlampung)
Artikel ini telah tayang di Tribunlampung.co.id dengan judul GAK Masih Aktif, Warga Kalianda Sempat Khawatir Tercium Aroma Belerang pada Kamis Malam