TRIBUNNEWS.COM, TONDANO - Kepala Laboratorium CV Yosiki, pembibitan mutiara, Deysi Tuwo (44), tewas dengan kondisi tubuh mengenaskan.
Wanita asal Desa Suluun, Kecamatan Tareran, Kabupaten Minahasa Selatan ditemukan pada kolam pemeliharaan buaya di perusahaan milik Mr Ochiai di Desa Jaga VII, Desa Ranowangko, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa, Jumat (11/1/2019).
Tidak ada saksi yang melihat langsung peristiwa itu, warga menduga Deysi diterkam saat memberi makan buaya.
"Karena pada Rabu (9/1/2019), kami masih melihatnya masuk ke tempat itu (kolam buaya)," ujar Merry Supit (36) saat ditemui Tribunmanado.co.id di lokasi kejadian, Jumat kemarin.
Merry mengaku terkejut mendengar kabar kematian Deysi. Pada 18 tahun silam, Merry pernah bekerja di tempat itu dan resign pada 2005.
"Saya sebagai pegawai pembibitan mutiara. Saat itu buaya yang juga diberi nama seperti nama saya ini, masih berukuran sama seperti kayu ini," kata Merry sembari menunjuk batang pohon berukuran panjang 1,5 meter yang tergeletak di sampingnya.
Sejak dahulu, lanjut dia, buaya itu sering diberi makan ayam, ikan cakalang dan tuna.
"Semuanya harus fresh, dia (buaya) tak mau makan bila sudah dibekukan atau sudah mati beberapa hari," kata warga Jaga X, Desa Ranowangko ini.
Ia mengungkapkan, beberapa waktu lalu, buaya itu ingin diserahkan ke penangkaran, namun mereka menolak karena tak punya kandang sebesar milik perusahaan itu.
Menurut Merry, kematian Deysi diketahui dua hari setelah peristiwa. Saat Deysi diterkam buaya, tak ada saksi mata yang melihat.
Erly Rumengan, Meweteng (Wakil Kepala) Jaga VII, mengaku kaget saat mereka hendak mencari keberadaan korban.
Mereka mengecek ke lokasi perusahaan pembibitan mutiara milik warga negara Jepang itu.
Mereka mengecek ke dalam lokasi perusahaan, kemudian masuk ke dalam areal perusahaan pembibitan mutiara tersebut.
Sesampainya di dalam tidak ada orang yang ditemukan, namun mereka melihat ada benda terapung yang menyerupai tubuh manusia berada di atas kolam tempat peliharaan seekor buaya.