TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Jumlah korban serangan penyakit deman berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, mulai meningkat.
Bahkan, sejak Desember 2018 hingga Januari 2019 Dinas Kesehatan setempat sudah mencatat 25 kasus positif DBD dengan jumlah korban meninggal sebanyak dua orang.
Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Jombang, Haryo Purwono, mengatakan pada 2018, tercatat 454 pasien DBD dirawat di rumah sakit dan sejumlah fasilitas kesehatan lainya di Jombang. Jumlah itu naik dari tahun sebelumnya yang terdata sebanyak 351 pasien.
Sedangkan sejak Desember 2018 hingga Januari ini, sudah ada 25 pasien positif DDB dengan jumlah korban meninggal dua orang.
“Dua meninggal ini satu pada Desember, satu lagi Januari ini, pasien asal Kelurahan Jelakombo, Jombang Kota,” katanya.
Direktur RSUD Jombang, Pudji Umbaran mengatakan, dalam beberapa pekan terakhir tren kunjungan pasien mengalami naik turun, begitu juga dengan tingkat kegawatannya.
Adanya korban meninggal karena DBD itu disebabkan oleh beberapa faktor, diantaraya karena keterlambatan dalam mendeteksi dan penanganan kegawatan sehingga terjadi kebocoran plasma dan menyebabkan pasien meninggal dunia.
“Tren kunjungan sempat naik, sekarang turun lagi, kegawatan juga turun. Namun, kalau yang sampai meninggal itu karena terlambat sebab DBD itu pads hari 4,5,6 terjadi kondisi kegawatan, yakni pelepasan cairan ke rongga (kebocoran plasma) ini membuat pasien shock,” ujarnya.
Dijelaskan, sepanjang Januari ini selain DBD, tren penyakit lain yang tidak kalah banyaknya yang ditangani RSUD Jombang adalah demam tifoid dan diare.
Pudji tidak menampik jika ada beberapa pasien DBD yang dirawat, namun seluruhnya bisa tertangani dengan baik dengan jumlah relatif minimal.
“Sejak awal Januari untuk DBD tidak ada kegawatan, di Ruang Seruni memang ada beberapa yang kami rawat untuk DBD, namun yang paling banyak adalah demam tifoid dan diare, ini memang tren penyakit musim hujan, perubahan cuaca. Tapi untuk jumlah pasti semua saya tidak hafal,” pungkasnya.