Artinya, pelaku tidak lari terburu-buru, melainkan berjalan pelan menuju pintu belakang untuk ke luar dari rumah.
Kecurigaan lainnya, kalau memang ada perampok yang masuk, kenapa tidak ada bekas dongkelan di jendela atau pintu.
Setelah kejadian itu, Adi langsung kabur ke Medan.
Sedangkan Jamaliah baru 22 hari bekerja di Peunayong, Banda Aceh. Tapi mereka saling berkomunikasi melalui handphone dan chatting.
Polisi kemudian mendapatkan petunjuk penting bahwa kematian Jazuli bukan karena ditebas perampok. Kecurigaan polisi mengarah kepada Adi.
Lalu dia dikuntit dan diringkus. Setelah diinterogasi dia akhirnya mengaku bahwa ia mengenal Jamaliah melalui media sosial, facebook.
"Kemudian setelah bertemu, menjalin hubungan asmara, dan keduanya melakukan hubungan badan sampai tiga kali di rumah korban," ungkap Kasat Reskrim kepada Serambi kemarin.
Menurut Kasat Reskrim, ide untuk membunuh korban itu muncul dari istri korban ketika Adi menyatakan ingin menikahi Jamaliah.
"Karena Jamaliah tak bersedia diajak kawin lari oleh Adi, lalu Jamaliah mengusulkan kepada Adi untuk membunuh suaminya jika ingin menikah dengan dirinya, lalu keduanya merencanakan pembunuhan tersebut," jelas dia.
Baca: Menolak Argumentasi Hukum Yusril soal Abu Bakar Baasyir
Pada malam itu, Jamaliah tidur bersama anaknya di kamar terpisah. Lalu, ketika Adi tiba di rumahnya, ia bukakan pintu belakang.
Adi pun leluasa masuk ke dalam rumah. Namun, sebelum mengeksekusi korban, Jamaliah terlebih dahulu memastikan apakah suaminya sudah tidur atau belum.
"Jamaliah masuk ke dalam kamar suaminya, lalu memegang kaki suaminya yang sudah tidur pulas. Setelah dipastikam Jazuli sedang tidur, lalu Adi pun masuk ke dalam kamar tersebut. Sedangkan Jamaliah berdiri di pintu kamar melihat selingkuhannya membunuh suaminya itu," ungkap Kasat Reskrim.
Adi langsung menebas leher korban dengan parang yang ia bawa dari rumahnya.
Setelah tebasan pertama korban tidak bergerak, kemudian Adi langsung menebas dua kali lagi.