"Kejadian aneh di rumah ada kasur yang sama sekali tidak basah. Terus makanan yang ada di meja makan masih tersusun rapi, seperti ada yang habis memasak," ujar Fani, Kamis (24/1/2019).
"Padahal barang-barang lain di dekat situ kayak kulkas dan perabot lainnya terhambur, tapi ini makanan masih tertutup rapi," tuturnya.
Pada saat kejadian Fani dan suaminya berada di tempat kerja.
Sehingga hanya memantau kondisi ibu dan anaknya serta adiknya melalui telpon seluler adiknya.
Bahkan foto viral Nur Jannah Djalil menggendong cucunya diabadikan oleh adiknya, Nanda, yang pada saat itu berada sekitar tiga meter dari ibu dan keponakannnya.
Dimana pada kejadian Nanda hanya bergantung pada pijakan yang tinggi sambil memegang di pohon pisang yang ada disekitarnya.
Nanda sempat bercerita jika ia disuruh ibunya untuk bertahan di pohon tempat Nur Jannah Djalil bertahan bersama cucunya.
Namun, Nanda takut, karena tak bisa berenang. Sementara air sudah mencapai leher dipijakan tinggi tersebut.
"Jadi kami klarifikasi ibu kami meninggal bukan karena bencana. Kondisinya saat kejadian baik saja, dan meninggal sehari setelah bencana itu. Kemarin itu kami sementara lagi cerita-cerita, tiba-tiba dia bilang gelap penglihatannya, dan langsung pingsan," ujarnya.
Fani yang berprofesi sebagai dokter memberikan pertolongan pertama cardiopulmonary resuscitation (CPR) juga memberikan napas buatan kepada ibunya.
Dan langsung membawa ibunya ke rumah sakit Syekh Yusuf sambil terus memberikan pertolongan CPR.
Hanya beberapa menit setelah tiba di rumah sakit, nyawa ibunya tidak dapat tertolong dan dinyatakan meninggal oleh dokter.
Nur Jannah Djalil dikebumikan dinkampung orangtuanya di Keppe, Desa Larompong, Kecamatan Larompong, Luwu, siang tadi.