Sepertinya, ia dari arah rumahnya dan hendak menuju ke arah Kota Blitar.
Namun, saat dikuntit petugas itu, ia masuk ke dalam SPBU Bence.
Namun, tak beli bensin melainkan masuk ke ATM (anjungan tunai mandiri).
Begitu keluar dari ATM, ia kembali tancap gas ke arah barat atau ke arah kota.
"Namun, sesampai di perempatan lampu merah Garum, ternyata dia nggak ke arah kota melainkan belok ke kanan atau ke arah Candi Penataran," tutur Didik.
Tak mau melepaskan buruannya, empat petugas yang mengendarai mobil itu terus menguntitnya.
Sekitar melaju 400 meter dari perempatan traffic light Garum, ia berhenti di tepi jalan atau tepatnya di pintu masuk sebelah utara lapangan sepak bola Kelurahan Tawangsari.
Ia duduk di atas sepeda motornya. Sepertinya, dia lagi menunggu pembeli karena tempat berhentinya itu, kondisinya cukup gelap meski banyak lalu lalang kendaraan.
Karena lama disanggong dan tak kunjung datang pembelinya, rupanya ia mulai gelisah.
Berkali-kali, ia terlihat naik turun sepeda motornya, seperti orang kebingungan.
Malah, tas kecil yang dicangklongnya itu juga sering dibuka resletingnya.
Khawatir dia kabur, dua petugas turun dari mobilnya dan mendekatinya.
Namun, dua petugas itu tak langsung menangkapnya. Jupri lebih dulu ditanya.
"Lagi ngapain mas kok sendirian di tempat sepi?," tanya petugas.