TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Aktivitas Gunung Karangetang di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro yang terus meningkat membuat petugas pos pengamat mengeluarkan tujuh rekomendasi, Rabu (6/2/2018).
Yudia Tatipang, Kepala Pos Pantau Gunung Karangetang mengatakan, secara visual puncak kawah tidak terlihat lantaran tertutup kabut.
"Suara gemuruh lemah sampai agak kuat terdengar sampai di pos pantau," jelasnya.
Pos Pantau Gunung Karangetang pun merekomendasikan masyarakat dan pengunjung atau wisatawan tidak mendekati zona prakiraan bahaya.
Baca: Lava Gunung Karangetang Mulai Capai Lautan
Mereka juga dilarang melakukan pendakian dan tidak beraktivitas di dalam zona perkiraan bahaya.
Zona perkiraan bahaya ini meliputi radius 2.5 km dari puncak kawah (utara) dan Kawah Utama (selatan).
Juga area perluasan sektoral dari puncak kearah Barat-Barat laut sejauh 3 kilometer dan ke arah Baratlaut-Utara sejauh 4 km.
Saat ini, status aktivitas gunung Karangetang pada Level III (Siaga).
Baca: Lava Gunung Karangetang Terus Bertambah Panjang Hingga Sampai ke Laut
Yudia Tatipang mengatakan, masyarakat di sekitar Gunung Karangetang yang berada di area Barat laut-utara dari Kawah 2 dievakuasi ke tempat yang aman dari ancaman guguran lava atau awan panas guguran Gunung Karangetang, yaitu di luar zona perkiraan bahaya tersebut.
Mereka adalah warga yang tinggal di Kampung Niambangeng, Kampung Beba, dan Kampung Batubulan.
Masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran sungai-sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang agar meningkatkan kesiapsiagaan dari potensi ancaman lahar hujan dan banjir bandang yang dapat mengalir hingga ke laut.
Masyarakat di sekitar Gunung Karangetang dianjurkan agar senantiasa menyiapkan masker penutup hidung dan mulut untuk mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.
Baca: Guguran Lava Gunung Karangetang Setinggi 50 Meter Tutupi Jalan Kawahang- Batubulan
Masyarakat di sekitar gunung Karangetang diharap untuk tetap tenang, tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi gunung Karangetang yang tidak jelas sumbernya dan selalu mengikuti arahan dari BPBD Kabupaten Sitaro.
Untuk aktivitas kegempaan guguran hanya terjadi lima kali dengan amplitudo 3-8 mm, durasi 30-50 detik.