News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kemenpar Kenalkan Wisata Perjuangan di Magelang

Editor: Toni Bramantoro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kemenpar Kenalkan Wisata Perjuangan di Magelang

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Kemenpar bersama Ikatan Keluarga Akademi Militer Yogya (IKAM), Akademi Militer (AKMIL) Magelang, serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pemprov DIY akan memperkenalkan destinasi Wisata Perjuangan, sekaligus memperingati 70 tahun Pertempuran Plataran.

Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar Eshty Reko Astuty mengatakan, kegiatan akan berlangsung selama dua hari, 23-24 Februari 2019. Pada peringatan tersebut, akan dilakukan pula penyerahan foto-foto alumni MA-Yogya untuk diabadikan di gedung-gedung dan sarana pendidikan di Akademi Militer Magelang.

"Foto tersebut yakni milik Letda Thobias Pasuat Kandou, Vaandrig Cadet Anto Soegijarto, Vaandrig Cadet Abdoel Djalil, Vaandrig Cadet Sarsanto, Letda R.M. Oetojo Notodirdjo, dan Letda Koesnodanoedjo," ungkap Eshty Reko Astuty, Selasa (12/2/2019).

Secara rinci Eshty menjelaskan, Letda Thobias Pasuat Kandou gugur pada 17 Februari 1949 saat menghadapi patroli Belanda di Godean–Yogyakarta. Perwira remaja kelahiran Gorontalo, 26 Januari 1922 ini dikenal pula sebagai ahli Radio Telegrafis. Nama mendiang kemudian diabadikan sebagai nama Laboratorium Mekanika Tanah Thobias Pasuat Kandou, di AKMIL Magelang

Kemudian, Vaandrig Cadet Anto Soegijarto gugur dalam pertempuran Pracimantoro, 4 Oktober 1948, dalam operasi penumpasan pemberontakan PKI-Madiun. Pada pertempuran tersebut, dalam keadaan luka parah, ia mencoba untuk terus bertahan hingga peluru pistolnya yang terakhir. Nama almarhum diabadikan sebagai nama Laboratorium Elektronika Anto Soegijarto di AKMIL Magelang.

Untuk Vaandrig Cadet Abdoel Djalil, ia gugur di Desa Sambiroto, Kalasan–Yogyakarta, 22 Februari 1949. Ketika itu, patrolinya secara mendadak kepregok tentara Belanda dalam jarak yang dekat sekali. Dalam tubuh Abdoel Djalil mengalir darah prajurit dan darah seniman. Nama almarhum diabadikan sebagai nama Museum Taruna Abdoel Djalil di AKMIL Magelang.

Sementara Vaandrig Cadet Sarsanto gugur dalam pertempuran menghadapi pasukan Belanda di Plataran, Kalasan-Yogyakarta, 24 Februari 1949. Ia adalah yang pertama gugur bersama 8 orang rekannya dalam pertempuran ini. Nama almarhum diabadikan sebagai nama Lapangan Tembak Sarsanto di AKMIL Magelang

Letda R.M. Oetojo Notodirdjo gugur dalam pertempuran di Plataran, Kalasan-Yogyakarta, 24 Februari 1949. Dengan mengambil alih sepucuk Bren dari seorang kadet yang luka parah, ia berusaha menahan gerak maju tentara Belanda dan melindungi para kadet yang sedang mundur, sampai akhirnya ia sendiri gugur. Nama almarhum diabadikan sebagai nama Lapangan Halang Rintang R.M. Oetojo Notodirdjo di AKMIL Magelang.

Terakhir, Letda Koesnodanoedjo gugur dalam perang gerilya menghadapi serdadu Belanda di Ponorogo, Jawa Timur, tahun 1949. Nama almarhum diabadikan sebagai nama Laboratorium Bahasa Koesnodanoedjo di AKMIL Magelang.

Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Bahari Indroyono Soesilo menambahkan, puncak peringatan 70 tahun pertempuran Plataran sendiri akan digelar pada Minggu (24/2), di Monumen Perjuangan Taruna, Desa Plataran, Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta. Beragam acara ditampilkan, antara lain pawai budaya dan pesta rakyat.

Termasuk napak tilas di lokasi pertempuran Desa Sambiroto dan mengunjungi bekas Markas Gerilya Pasukan MA-Yogya saat Perang Kemerdekaan II, tahun 1948-1949 di Desa Gatak, Kringinan, Ngrangsan, Kalibulus dan Kledokan. Kesemuanya di wilayah Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.

Selain itu juga napak tilas Jembatan Bogem dan Jembatan Bendan. Kedua jembatan di sepanjang jalan raya Yogya-Solo ini pernah diledakkan oleh gerilyawan Akademi Militer Yogya pada Januari-April 1949 lalu, untuk menahan gerak maju pasukan Belanda saat Perang Kemerdekaan II.

Untuk diketahui, Akademi Militer Yogya (MA-Yogya) berdiri pada kurun 1945-1950 di ibukota perjuangan Yogyakarta dan menghasilkan tiga angkatan lulusan. Pada 11 November 1957, MA Yogya dibuka kembali oleh Presiden Soekarno sebagai Akademi Militer Nasional di Magelang yang saat ini dikenal sebagai Akademi Militer (Akmil).

"Acara napak tilas akan melibatkan emosi peserta. Akan terasa sekali admosfer perjuangan dalam kegiatan tersebut. Meski kita tak mengalami, tapi bisa membayangkan betapa berat perjuangan para pahlawan ketika itu," ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, acara ini tak hanya mengenang sejarah dan pahlawan-pahlawan yang gugur di medan perang, tetapi sekaligus promosi destinasi wisata perjuangan di wilayah Ibukota RI di masa perjuangan, yakni Yogyakarta.

"Destinasi wisata perjuangan akan dihadirkan dalam rangka memupuk jiwa patriotisme, cinta tanah air, dan semangat tidak mengenal menyerah pada generasi penerus Indonesia," jelasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini