Nah, dari gardu perhentian pertama ini, jalan mulai menanjak. Ada puluhan hingga ratusan anak tangga untuk mencapai puncak bukit.
Butuh fisik prima mendaki ke puncak bukit ini.
Persis di sebuah tanjakan terjal sebelum puncak, pengunjung akan langsung berhadapan blok besar batu karang.
Di balik batu besar inilah lokasi makam Sitti Nurbaya.
Pas di belokan jalan di sisi blok batu ini, tertulis tulisan besar “Makam Sitti Nurbaya”, yang ditorehkan di dinding batuan.
Dari titik ini ada jalan setapak menurun curam, melewati celah sempit di antara dua blok batu.
Jalan berundak terakhir kecuramannya ekstrem, sebelum sampai ke pelataran kecil yang terdapat sebuah nisan.
Nisan itu mepet ke dinding blok batu, di sebelahnya ada lantai yang cukup bersih dan permukaannya licin karena sering didatangi pengunjung.
Di dinding nisan kecil itu terdapat jejak berbentuk persegi, kemungkinan dulunya dipakai untuk menempelkan petunjuk tertentu.
Suasana di lokasi ini terasa hening dan senyap. Debur ombak sesekali terdengar dari arah kaki bukit yang jadi lokasi sign box raksasa “Padang”.
"Benar atau tidak ini makam Sitti Nurbaya, saya kurang tahu. Tapi sejak dulu, demikianlah kata orang tua kita turun temurun," kata pria asal Solok, yang hanya mau disebut namanya Bang Id.
Ia tenaga kontrak di Dinas Pariwisata Kota Padang, yang mengelola Taman Wisata Bukit Padang ini.
Kisah Sitti Nurbaya sejak lama identik dengan cerira rakyat Ranah Minang.
Marah Rusli, sastrawan besar angkatan Balai Pustaka, secara apik mengemas perjalanan Sitti Nurbaya lewat roman yang ditulisnya.