Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Curah hujan tinggi melahirkan petaka bagi warga Dusun Karangtengah Desa Kebutuhjurang Kecamatan Pagedongan Banjarnegara.
Tanah di perkampungan menjadi lebih aktif bergerak hingga merusak bangunan yang berdiri di atasnya.
Rumah yang mestinya jadi tempat berlindung dari bermacam gangguan luar, balik mengancam penghuninya.
Garis retakan tembok yang semakin parah, juga tanah yang merekah adalah sinyal ancaman itu.
Kepala BPBD Banjarnegara Arief Rahman mengatakan, sebanyak 15 rumah mengalami kerusakan ringan hingga berat akibat longsor.
Sebanyak 6 rumah bahkan harus dibongkar untuk menyelamatkan material bangunan yang tersisa. Selain itu, 7 rumah lain juga terancam serta 1 musala mengalami rusak ringan.
"Validasi data pengungsi dan kerusakan rumah masih dalam proses edit data sesuai perkembangan di lapangan. Akan dilaporkan berikutnya,"katanya
Rumah yang tak lagi aman ditempati itu memaksa para penghuninya untuk keluar.
Sebabyak 26 keluarga atau 87 jiwa terpaksa mengungsi ke rumah penduduk lain yang lebih aman. 6 orang di antaranya adalah balita, 2 bayi, 13 lanjut usia (lansia), serta 2 disabilitas.
Pengungsian tersebar di 16 titik di Desa Kebutuhjurang dan Kebutuhduwur.
Menurut Arief, kondisi ksehatan pengungsi rata rata cukup sehat. Meski sebagian lain mengalami ISPA, terutama anak anak.
Selain di Desa Kebutuhjurang, petugas BPBD juga melakukan pemantauan dampak longsor Di Dusun Sidakarya Rt 2 Rw 2 Desa Mlaya Kecamatan Punggelan.
Di wilayah itu, pergerakan tanah memaksa 24 keluarga terdiri dari 89 jiwa meninggalkan rumah yang terancam untuk mengungsi ke tempat lain. 10 di antaranya adalah balita, serta 6 lainnya lansia.
Selain memantau dan mendampingi pengungsi, petugas juga memasang Early Warning System (EWS) manual di beberapa titik retakan. EWS berfungsi memberikan peringatan dini kepada warga saat pergerakan terjadi.
Dengan begitu, warga bisa mengantisipasi dampak longsor lebih awal sehingga risiko bencana dapat terkurangi. (*)