TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daerah istimewa Yogyakarta (DIY) memprediksi hujan sedang lebat akan terus berlangsung hingga beberapa hari ke depan
Dengan adanya situasi potensi cuaca ekstrem ini, BMKG DIY mengeluarkan beberapa imbauan pada masyarakat untuk mewaspadai sejumlah potensi bencana hidrometeorologi.
Kepala kelompok data dan informasi stasiun Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiyono menjelaskan, kondisi cuaca di sebagian besar wilayah DIY masih berpotensi terjadi hujan sedang-lebat yang disertai petir dan angin kencang.
Kondisi ini terjadi karena ada dukungan pembentukan awan-awan yang bisa menyebabkan hujan di wilayah Yogyakarta.
Faktor yang mendukung kondisi tersebut antara lain karena saat ini di wilayah Jawa terjadi belokan angin akibat munculnya siklon savanah di samudera Hindia Barat Daya Jawa.
Baca: BREAKING NEWS : Dua Orang Dikabarkan Masih Tertimbun Longsor Tebing di Kedung Buweng Bantul
“Pembentukan awan awan hujan di wilayah Yogya juga didukung dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan wilayah Indonesia juga memberikan suplai uap air besar bagi pertumbuhan awan-awan hujan,” urainya.
Djoko menambahkan, hujan yang terjadi bisa disertai petir dan angin kencang.
Potensi hujan akan banyak terjadi di wilayah utara hingga tengah DIY seperti Sleman, Kulonprogo dan Bantul serta kota.
Warga diminta untuk mewaspadai potensi genangan, banjir maupun longsor bagi yang tinggal di wilayah berpotensi hujan lebat terutama di daerah rawan banjir dan longsor.
Warga juga diminta untuk waspada terhadap kemungkinan hujan disertai angin yang dapat menyebabkan pohon maupun baliho tumbang/roboh. Jika terjadi hujan disertai angin agar tidak berlindung di bawah pohon jika hujan disertai kilat/petir.
Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, BMKG DIY membuka layanan informasi cuaca 24 jam, yaitu melalui call center 0274-2880151/52.
Baca: Dua Warga Bantul Meninggal Dunia Akibat Banjir dan Tanah Longsor
Mbah Kismo dan Istri Dikepung Banjir
Listrik padam. Langit gelap dan rinai hujan mewarnai evakuasi sejumlah warga kampung Cebolan di Padukuhan Paduresan, Desa/Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul.
Ditempat ini ada sejumlah warga yang terisolasir karena luapan banjir cukup tinggi. Air datang dari sungai Celeng.
"Air dari sungai Celeng meluap sekitar pukul lima atau pukul enam tadi, menjelang Maghrib," ujar Ina Murtininggsih, menceritakan.
Ina merupakan warga sekitar lokasi. Namun ia sedikit beruntung karena rumahnya sebelah barat bantaran sungai sehingga debit air yang masuk tidak terlalu parah.
"Air masuk rumah saya, tapi tidak begitu tinggi," tuturnya, agak cemas.
Ina memang patut khawatir. Hingga pukul 22.00 WIB hujan masih terus mengguyur Kabupaten Bantul tak henti-henti.
Ia mengaku memilih mengungsi ke tempat saudara bila air tak kunjung surut. "Yang penting barang-barang sudah diamankan," ungkapnya.
Dua perahu karet didatangkan untuk mengevakuasi sejumlah warga Paduresan. Petugas dari BPBD DIY, Madapala dan SAR DIY distrik Bantul melewati sungai Celeng dengan sangat hati-hati.
Mereka menyisir jalan penghubung yang sudah tidak tampak lagi. Tertutup oleh genangan air.
Satu-satunya tanda jalan yang bisa dikenali oleh petugas barangkali adalah pondasi jembatan yang masih menyembul diantara luapan air.
Proses evakuasi tak begitu lama. Selang tiga puluh menit. Perahu pertama tiba. Petugas membawa dua orang berusia lanjut.
Mereka mengenakan jas hujan dan meringkuk dibawah perahu karet.
Petugas dari PMI langsung memberikan pertolongan medis pertama. Belakangan kedua orang yang berhasil dievakuasi bernama Mbah Kismo dan Nyonya Kismo.
"Kita masih melakukan penyisiran. Karena informasi yang kami terima masih ada balita disana," tutur petugas TRC BPBD DIY.
Di bawah rinai hujan dan dibantu penerangan ala kadarnya. Sejumlah petugas melakukan penyisiran dikampung Paduresan. Sejumlah warga melihat dengan harap-harap cemas.
Di antara kerumunan warga yang melihat proses evakuasi, ada Ponisih.
Dari kilatan santer, rona wajah ponisih terlihat sangat tegang. Sebenarnya sangat wajar ia merasa was-was. Kepada Tribun Jogja, warga Tilaman Desa Wukirsari ini mengaku baru pulang bekerja.
"Saya baru pulang kerja. Tidak bisa ke rumah. Air sudah meluap duluan. Rumah saya disana pasti terendam," terangnya.
Ponisih mengkhawatirkan nasib keluarganya. Ia ingin sekali bertemu. Namun banjir dari luapan air sungai telah merendam akses jalan untuk pulang. Satu-satunya informasi yang ia dapatkan bahwa anggota keluarganya sudah mengungsi dipemakaman kampung.
"Posisi makam dikampung memang lebih tinggi. Keluarga saya mengungsi disana," ujar dia.
Imbauan BPBD DIY
Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana mengatakan, prakiraan dari BMKG merupakan informasi tentang "ancaman" terhadap kemungkinan terjadinya resiko.
Hal ini karena hujan lebat, angin kencang, tanah longsor dan banjir. BPBD se-DIY terus menghimbau kepada masyarakat melalui media dan jaringan komunitas yang ada agar meningkatkan kewaspadaan.
BPBD seDIY, posko dan pos-pos pemantau juga diminta agar meningkatkan ronda cuaca dengan mengecek dan mengoptimalkan fungsi peralatan EWS yang ada. S
erta, segera informasikan kepada warga masyarakat di kawasan rawan bencana, bila terjadi cuaca yang bisa berdampak pada keselamatan warga.
Warga juga harus peka terhadap perubahan kondisi di lingkungannya.
Bagi warga masyarakat yang berada di kawasan rawan longsor, agar waspada bila wilayahnya terjadi hujan lebat dalam waktu yang lama.
“Selain itu, cermati perubahan aliran air di lingkungannya, apakah membawa material tanah, ada nggak pepohonan yang mulai miring atau ada pergerakkan tanah. Bila lingkungan membahayakan lebih baik mengamankan diri. Warga di dekat bantaran sungai juga waspada peningkatan debit air sungai,” urainya. ( Tribunjogja.com | Ahmad Syarif | Agung Ismianto)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Penjelasan BMKG Faktor Pemicu Hujan Tak Henti-henti di Yogyakarta