TRIBUNNEWS.COM, BATU - Jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Batu meningkat sejak setahun terakhir.
Meski meningkat, pemerintah Kota Batu angkat topi untuk para penderita yang konsultasikan kondisinya.
Pemerintah Kota Batu pun bisa melakukan deteksi sibanding sebelumnya karena penderita yang lebih menutup diri.
Tahun 2016 jumlah penderita ada 16 kasus, tahun 2017 ada 18 kasus, dan tahun 2018 ada 42 kasus. Di tahun 2018 dari 42 kasus satu orang meninggal dunia.
Kepala Bidang pengendalian dan pemberantasan penyakit (P2P), dr.Yuni Astuti mengatakan Pemkot Batu bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Kota Batu untuk bisa mendekatkan diri kepada penderita tersebut.
"Mereka ini cenderung menutup diri, sehingga bila setiap tahunnya jumlah penderita meningkat itu hal baik. Kami bisa mendeteksi penderita," kata Yuni, Selasa (26/3).
Ada screening untuk ibu hamil, penyuluhan di SMP dan SMA, serta tempat-tempat yang sering dijadikan lokasi untuk berkumpulnya pelaku seks.
Bahkan hotel dan tempat panti pijat juga menjadi sasaran untuk dilakukan sosialisasi.
Sejauh ini pemeriksaan yang bisa melayani penderita HIV/AIDS hanya di rumah sakit milik provinsi.
"Penderita ini mereka mobile, ketika mereka periksa di rumah sakit A misalnya, ada yang melihat mungkin tetangga atau temannya. Mereka takut ketahuan, akhirnya pindah. Nah di sini kami kesulitan," imbuhnya.