Kapolsek Kompol Eko Nugroho mengatakan, berdasar keterangan suami dan putranya, pada bulan April 2019, korban sudah dua kali melakukan percobaan bunuh diri.
Yakni dengan mencoba minum racun hama namun berhasil dicegah oleh suaminya.
Selain itu, korban juga pernah berupaya bunuh diri dengan menggunakan aliran listrik yang di tempelkan di lengan tangan sebelah kiri, namun diketahui oleh suaminya sehingga berhasil dicegah.
Catatan polisi, korban mengalami sakit diabetes sejak 10 tahun silam dan korban sering mengeluh akan sakitnya yang tidak kunjung sembuh.
Peristiwa Ketiga Kali
Diketahui, peristiwa kematian dengan cara bunuh diri sudah yang ketiga kalinya di Kabupaten Pringsewu selama kurun 2019 ini.
Pertama kali, bunuh diri dilakukan oleh Jaka Ardiansyah (25) warga Rt/Rw 002/006 Pekon Sukoharjo 3 Barat Kecamatan Sukoharjo, Rabu (13/3/2019) pukul 11.00 WIB.
Keterangan polisi, Jaka nekat bunuh diri karena sakit yang tidak kunjung sembuh.
Bunuh diri yang paling ekstrim dilakukan oleh Suherni (45) warga Dusun II Pekon Podomoro, Kecamatan Pringsewu selang satu hari kemudian, Kamis (14/3/2019).
Suherni nekat membakar dirinya karena diduga sudah putus asa dengan sakitnya yang tidak kunjung sembuh.
Psikolog Unila Diah Utaminingsih memgatakan bahwa yang perlu diketahui bahwa setiap orang mempunyai kerentanan yang berbeda-beda.
Kerentanan dimaksud dalam menghadapi masalah, dan dalam menghadapi presure atau tekanan kehidupan.
Seseorang yang mampu menghadapi masalahnya itu, kata dia, adalah seseorang yang memiliki endurance atau daya tahan yang bagus.
Kemudian kemampuan untuk meregulasi diri yang bagus. Selain itu, yang tidak kalah penting memiliki suport, atau emosional suport dari sekelilingnya.
"Emosional suport memiliki peranan penting dimana ketika seseorang merasa sendiri atau tidak mampu menyelesaikan masalahnya," ungkap Diah.