TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Wiji Fitriani (28) membuat miris hati banyak orang, khususnya di Kediri.
Perempuan yang mengidap gangguan jiwa ini kehilangan beberapa jari tangannya karena digigit dan dimakannya sendiri. Hal itu dia lakukan khususnya ketika sedang 'kambuh'.
Namun hal ini tidak terjadi begitu saja.
Dulu, Wiji adalah perempuan biasa pada umumnya. Dia pernah berjualan kue-kue di areal pemakaman auliya desa Ngadi.
Rumah Wiji memang dekat dengan lokasi Makam Auliya yang selalu ramai didatangi para peziarah dari luar daerah.
"Dulu kalau berjualan kue gorengan malahan paling laris," kenang Imam Maki, Kepala Dusun Tambak, Desa Ngadi, Minggu (21/4/2019).
Wiji juga pernah sekolah hingga kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah (MI). Namun sejak kedua orangtunya bercerai, mentalnya terpengaruh. Sejak itu pula, Wiji tinggal hanya bersama neneknya, Mbok Jirah.
Mbok Jirah mengaku, sejak kecil dirinyalah yang mengasuh cucunya karena ditinggal pergi kedua orangtuanya.
Meski orangtuanya masih hidup, namun sudah lama tidak pernah pulang menjenguk anaknya.
"Bapak Ibunya sudah tidak mau tahu kondisi anaknya," ujarnya
Medis
Kasus ini sebenarnya telah lama mendapatkan penanganan dari tim medis. Namun upaya pengobatan tidak maksimal karena pasien enggan berpisah dengan neneknya.
"Sejak kecil Wiji Fitriani memang diasuh oleh neneknya. Keduanya sulit dipisahkan, sehingga Wiji tidak dapat berobat maksimal," tambah Imam Maki.
Sehingga salah satu solusi untuk penyembuhan gangguan jiwa Wiji Fitriani harus memisahkan dengan neneknya Mbok Jirah.
"Kalau benar-benar ditangani dan diobati lukanya akan cepat kering dan gangguan jiwanya kembali normal," jelasnya.
Sementara Mbok Jirah setelah diberi penjelasan Kadinsos Jatim Dr Sukesi akhirnya merelakan cucunya dibawa berobat ke RSJ Menur Surabaya.
"Kami iklas Wiji dibawa berobat, mudah-mudahan cucu saya segera sembuh," ungkapnya.
Kepala Puskesmas Ngadi, dr Rindang Farikha Indana menyebutkan, sudah tiga kali memberikan rujukan perawatan kepada Wiji Fitriani ke RSJ Lawang. Hanya saja pasien selalu meminta pulang paksa.
"Sudah tiga kali pasien dirujuk ke RSJ Lawang mulai 2011, 2014 dan 2017. Termasuk dirujuk untuk pemeriksaan lukanya ke RSUD Pare," ungkap dr Rindang Farikha Indana kepada tribunjatim.
Selain itu petugas bidan desa secara rutin setiap tiga hari sekali mengunjungi pasien untuk memberikan pengobatan ke rumahnya di Desa Ngadi, Kecamatan Mojo.
Terkait dengan luka di kedua tangannya sebenarnya telah mendapatkan perhatian. Malahan luka di jarinya pernah akan dilakukan operasi di RSUD Pare.
"Menjelang operasi dokternya menelepon kami minta pasien dijemput karena tidak jadi operasi. Pasien menangis dan keluarga tidak ada yang tanda tangan, sehingga mau tidak mau kami jemput," ungkapnya.
Dijelaskan, pada 2017 masih satu jari yang terluka akibat digigit dan digosok ke tembok. "Dari catatan kami Oktober 2017 sudah merujuk pasien untuk operasi di RSUD Pare," jelasnya.
Namun menjelang operasi pasien terus menangis meminta dijemput dan membatalkan rencana operasi.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Masa Lalu Wiji Fitriani, Pengidap Gangguan Jiwa yang Menggigit dan Memakan Jari-jarinya Sendiri, http://surabaya.tribunnews.com/2019/04/21/masa-lalu-wiji-fitriani-pengidap-gangguan-jiwa-yang-menggigit-dan-memakan-jari-jarinya-sendiri?page=3.
Penulis: Didik Mashudi
Editor: Eben Haezer Panca
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Masa Lalu Wiji Fitriani, Pengidap Gangguan Jiwa yang Menggigit dan Memakan Jari-jarinya Sendiri, http://surabaya.tribunnews.com/2019/04/21/masa-lalu-wiji-fitriani-pengidap-gangguan-jiwa-yang-menggigit-dan-memakan-jari-jarinya-sendiri?page=2.
Penulis: Didik Mashudi
Editor: Eben Haezer Panca
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Masa Lalu Wiji Fitriani, Pengidap Gangguan Jiwa yang Menggigit dan Memakan Jari-jarinya Sendiri, http://surabaya.tribunnews.com/2019/04/21/masa-lalu-wiji-fitriani-pengidap-gangguan-jiwa-yang-menggigit-dan-memakan-jari-jarinya-sendiri.
Penulis: Didik Mashudi
Editor: Eben Haezer Panca