Misna melanjutkan, pada Kamis pagi anaknya kembali beraktivitas seperti biasa yakni membawa mobil angkutan pasir dan pulang sekitar pukul 17.00 WIB.
Saat sore itu, korban masih sempat memberi makan kucing peliharaannya.
"Malamnya dia nggak ke luar rumah. Malam itu tidak biasa, dia tidur di kursi ruang tamu.
Padahal selama ini tidak pernah dia tidur kursi. Jumat pagi, sekitar pukul 07.00 WIB, saya bangunin. Man..., Man..., dia nggak jawab-jawab," kata Misna.
"Saya pegang badannya keringatan semua. Saya pegang kakinya dingin. Terus dibawa ke rumah sakit," ungkap Misna didampingi anak keempatnya, Supartono.
Setelah di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek, nyawa Sukarman sudah tidak bisa diselamatkan.
"Kata dokter sudah meninggal karena sakit jantung. "Padahal anak saya itu sehat-sehat tidak pernah sakit. Paling sakit itu masuk angin aja," ujar wanita yang sehari-hari berjualan kue keliling itu.
Sementara Supartono, adik almarhum berharap ada perhatian dan santunan pemerintah dan pihak penyelenggara pemilu bagi keluarga almarhum.
"Kakak saya kecapean karena saat pencoblosan dia pulang subuh, paginya kerja lagi. Jadi badannya drop. Semoga ada perhatian dari pemerintah dan KPU," harap Supartono.
Supartono mengatakan, kakaknya itu tinggal bersama ibunya, dan sehari-hari bekerja sebagai sopir mobil angkutan pasir.
"Kakak saya tinggal sama ibu. Dia itu pekerja keras. Dia memang tidak ada istri karena sudah pisah. Kalau orangnya perhatian dan suka pelihara kucing," tambah Supartono.
5 Petugas Bawaslu Sakit
Bukan cuma KPU, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Lampung ternyata juga mendata pengawas pemilu khususnya pengawas TPS yang kelelahan dan sakit selama bertugas.
Sampai Senin, tercatat ada lima petugas yang sakit.
Sementara, korban meninggal dunia tidak ada.
Ketua Bawaslu Lampung Fatikhatul Khoriyah menuturkan, pengawas pemilu juga bekerja seperti jajaran KPU.