News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Petugas KPPS di Sleman Meninggal Dunia, Sempat Cemaskan Isu Coblosan Ulang

Editor: Fajar Anjungroso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Dinamika pesta demokrasi pada 17 April 2019 kemarin sangat menyita tenaga dan pikiran.

Imbasnya terdapat kecelakaan kerja akibat kelelahan yang menimpa anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Sleman.

Tercatat ada tiga anggota KPPS yang meninggal setelah pemungutan suara, dan ada tiga orang yang dirawat di rumah sakit karena kecelakaan di jalan.

Suasana duka masih meliputi rumah Ketua Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 25 Sagan Caturtunggal, Depok, Lilik Suswanto (60).

Lilik meninggal dunia pada Selasa (23/4/2019) pada pukul 05.30 setelah pada hari Minggu (21) dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih.

Istri almarhum Lilik, Sih Sugiarti (55) mengatakan selama ini suaminya tidak memiliki riwat sakit.

Ia menduga suaminya berpulang karena kelelahan setelah proses pemilu yang begitu panjang dan melelahkan.

Sejak Selasa (16/4/2019) suaminya melakukan kerja bakti untuk mempersiapkan TPS. Logistik yang diperkirakan datang sore pun ternyata datang ketika malam harinya.

Saat pemungutan suara, pekerjaanya semakin bertambah ketika DPTb membludak di TPS 25 Sagan.

Hingga perhitungan suara baru dapat dimulai sekitar pukul 15.00 sore.

"Kamis itu bapak sudah tidur seharian. Dan Minggu mengeluh pusing lalu kami bawa ke rumah sakit," ungkapnya.

Selama di rumah sakit, Lilik masih dalam keadaan sadar, bahkan sempat bercanda dengan anggota keluarga yang menemaninya.

Namun pada Selasa (23/4/2019) keadaanya semakin memburuk, ia pun tak sadarkan diri dan menghembuskan nafas terakhirnya.

"Bapak itu enggak minta apa-apa. Tidak mengeluh sakit, dan ingin segera cepat pulang. Tapi ternyata dari keterangan dokter, ada vertigo, penyumbatan otak sehingga menyebabkan stroke," tutur Sih.

Baca: Menkes Nila Moeleok Instruksikan Dinkes Kawal Kesehatan Anggota KPPS

Sih Sugiarti mencoba mengingat lagi apa yang dirasakan suaminya.

Sih mengungkapkan bahwa suaminya sempat cemas dengan isu pemungutan suara ulang karena ada pelanggaran atau kecurangan saat pemungutan suara.

"Ada kecemasan diulang pemilihannya. Bapak sudah capek, enggak mau ngulang. Ia cemas kalau kalau ada pelanggaran eKTP di TPSnya. Ia takut menyalahi aturan, tapi memang setelah dilakukan penghitungan suara, semua berjalan lancar tidak ada kecurangan," terangnya.

Sih menuturkan bahwa suaminya selalu menjadi KPPS setiap ada pemilu.

Namun diakuinya pemilu tahun ini lebih berat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Terlebih dangan atmosfir politik yang memanas, dan ketika semua pihak saling klaim menjadi pemenang.

"Semua saling klaim dan minta menang, padahal di bawah banyak yang kelelahan bahkan saya dengar di berita banyak juga yang meninggal," ucapnya.

Terkait beratnya beban kerja dalam pemilu tahun ini yang dirasakan Lilik, hal itu dibenarkan oleh menantunya, Tiwi.

Tiwi menuturkan, bahwa mertuanya sempat cerita ada kecemasan ketika ada isu pemungutan suara ulang.

"Sempat bilang ke saya, bapak cemas kalau ada pemungutan suara ulang. Nanti dikira curang. Apalagi bapak jadi ketua KPPS, jadi ada rasa tanggung jawab," ungkapnya.

Di mata Tiwi, ayah mertuannya adalah sosok yang peduli dengan sosial.

"Bapak itu entengan kalau ada kegiatan sosial. Untuk kegiatan sosial dia pasti maju paling depan," kenangnya.

Terpisah, Ketua Divisi Hukum KPU Sleman, Ahmad Baehaqi memaparkan pihaknya sudah mendata petugas KPPS yang meninggal dan sakit selama bertugas.

Dari data yang ia peroleh, terdapat tiga orang anggota KPPS yang meninggal, dan ada tiga yang dirawat di rumah sakit.

Selain Lilik Suswanto yang merupakan Ketua Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 25 Sagan Caturtunggal, ada pula Sudarwanto, seorang anggota KPPS di TPS 51 Tamanmartani, kalasan yang meninggal Senin (22/4).

"Diduga karena kelelahan kemudian masuk rumah sakit," ungkapnya.

• KPU DIY : 5 Petugas KPPS dan PPK Meninggal

Sebelumnya diberitakan bahwa Ketua KPPS TPS 21 Murten, Tridadi bernama Tugiman tewas karena bunuh diri.

Namun kepolisian mengatakan dugaan lebih mengarah pada masalah keluarga, bukan terkait Pemilu.

Ahmad Baehaqi pun enggan berkomentar lebih jauh terkait kejadian tersebut.

Selain tiga orang meninggal dunia, terdapat juga kecelakaan yang menimpa seorang linmas dan dua anggota KPPS.

Ketiga orang itu bertugas di TPS 16 Condongcatur.

"Setelah selesai perhitungan suara di tingkat TPS pada sekitar pukul 2 dini hari pada 18 april, anggota KPPS TPS 16 mengantarkan kotak suara ke kecamatan Depok. Di perjalanan, karena kemungkinan kelelahan dan mengantuk kemudian mobil menabrak tiang listrik di sektiar kelurahan concat. Ketiganya mendapat perawatan di rumah sakit," bebernya.

Ahmad menuturkan, setiap ada kejadian adanya pihak yang meninggal atau dirawat di rumah sakit, pihaknya langsung melakukan pendataan untuk dilaporkan ke KPU RI.

Disinggung apakah adanya santunan dari KPU, ia menjelaskan bahwa hal itu sepenuhnya wewenang dari KPU pusat.

Namun demikian, pihak KPPS yang dirawat ataupun meninggal sudah didaftarkan ke BPJS Ketenagakerjaan.

"Mereka sudah menyelesaikan tugasnya sebagai anggota maupun ketua KPPS. Kasus ini efek dari pekerjaan, kami sampaikan ke DIY, untuk diteruskan ke KPU RI," terangnya.

Ia pun membenarkan bahwa rangkaian pemilu ini sangat membutuhkan tenaga dan pikiran yang ekstra dari persiapan, pencoblosan, penghitungan suara, hingga pengisian formulir.

Dirinya juga mengimbau kepada setiap petugas yang saat ini masih bekerja untuk dapat terus menjaga kesehatannya.(

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Lilik Meninggal Dunia Kelelahan Usai Pemilu, http://jogja.tribunnews.com/2019/04/23/lilik-meninggal-dunia-kelelahan-usai-pemilu?page=all.
Penulis: nto
Editor: Ari Nugroho

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini