Oleh karena itu juga, dia rela jauh dari rumah untuk menuntut pendidikan agama di Purwakarta agar bisa menghafal Alquran.
"Karena pahala-pahala dan keuntungan yang akan didapat dari menghafal Alquran. Serta tertarik dan termotivasi untuk memberikan mahkota bagi orang tua di surga nanti," ujar dia.
Selain itu, remaja yang mahir memainkan double stick itu memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap isi Alquran.
Dia mengatakan, jika sekali dia membaca ayat beserta artinya ayat lainnya pun harus dibaca hingga kisah atau cerita dari surat yang sedang dibacanya selesai.
Meski bangga telah bisa menjadi hafiz, Alfath mengaku ada rasa malu dan takut bisa menghafal seluruh ayat kitab suci tersebut.
"Bangga sekaligus malu juga, karena belum semua ayat lancar. Ditambah beban (seorang hafiz) itukan datang setelah hafal Alquran, untuk menjaga hafalannya. Tapi dibawa enjoy aja lah," ucapnya sambil tersenyum.
Setelah selesai menempuh pendidikan di ponpes terbesar di Purwakarta itu, Alfath mengaku akan meneruskan belajar agamanya ke Madinah, Arab Saudi.
Di salah satu kota bersejarah bagi umat Islam itu, Alfath berkeinginan melanjutkan sekolahnya di Madinah University.
Bahkan, setali tiga uang dengan impiannya, dia memiliki tujuan lain di Kota Madinah yang tidak kalah mulianya.
Seperti di buku novel yang dibacanya, Api Tauhid ciptaan novelis Habiburrahaman el Shirazy yang menceritakan kisah di negeri suci tersebut.
"Ingin ke Madinah, ingin seperti peran utama di buku novel Api Tauhid. Di sana diceritakan bahwa di Madinah itu pemeran utamanya melakukan 40 khataman Alquran di Masjid Nabawi, saya ingin cobain," ucap dia.