Laporan Wartawan Tribun Jabar, Haryanto
TRIBUNNEWS.COM, PURWAKARTA - Alfath Pangestu (16), pemuda asal Bogor ini bisa menghafalkan satu halaman Alquran hanya dalam waktu 30 menit saja.
Ia mengasah kemampuan menghafal Alquran sejak kecil. Kemampuannya membaca juga sudah dikuasai dari sejak kecil, sehingga memudahkannya untuk menghafal.
Selain itu ia pun kini sedang mondok di Pondok Pesantren Al Muhajirin untuk mendalami ilmu agama dan memperlancar hafalan Alquran.
Alfath telah berhasil menghafal 30 juz Alquran pada usia 15 tahun. Saat itu ia telah berada di kelas khusus Tahfiz Alquran sejak MTs.
Pada proses menghafalnya, Alfath mengaku memiliki caranya sendiri untuk bisa mengingat setiap ayat-ayat suci Alquran yang sedang dihafal dan didalaminya.
"Cara saya menghafal itu biasanya dibaca artinya dulu, lalu baca full satu halaman, terus pelan-pelan dibaca per ayat dan diulang lagi seperti itu terus," kata Alfath saat ditemui di Kamus I Al-Muhajirin, Nagrikaler, Purwakarta, Rabu (22/5/2019).
Saat ia sedang semangat untuk menghafal, dalam setengah jam saja, satu halaman penuh ayat di dalam Alquran bisa langsung diingatnya.
Namun, sebagai pemuda normal, Alfath pun mengaku sering kali malas dan ingin bermain atau mengantuk saat melakukan proses penghafalan.
Pada saat rasa malas atau kantuk menghampiri, waktu menghafalnya pun akan menjadi semakin lama.
Tapi di kelas khusus yang diikutinya, Alfath dan teman-temannya memiliki waktu tertentu untuk wajib menghafal dan menyetor hafalannya ke pembimbing.
"Mulai menghafal itu sebelum subuh, sekitar pukul 03.30 WIB dan setelah salat subuh, lalu disetor ke pembimbingnya saat bada Magrib," katanya.
Karena tekadnya yang kuat ingin mengejar pahala-pahala dari Alquran, rasa malas dan kantuk pun seringkali hilang dengan sendirinya.
Selain karena amalan dan pahala yang didapat karena membaca Alquran, Alfath pun memiliki keinginan untuk membanggakan orang tuanya di Bogor.
Oleh karena itu juga, dia rela jauh dari rumah untuk menuntut pendidikan agama di Purwakarta agar bisa menghafal Alquran.
"Karena pahala-pahala dan keuntungan yang akan didapat dari menghafal Alquran. Serta tertarik dan termotivasi untuk memberikan mahkota bagi orang tua di surga nanti," ujar dia.
Selain itu, remaja yang mahir memainkan double stick itu memiliki rasa penasaran yang tinggi terhadap isi Alquran.
Dia mengatakan, jika sekali dia membaca ayat beserta artinya ayat lainnya pun harus dibaca hingga kisah atau cerita dari surat yang sedang dibacanya selesai.
Meski bangga telah bisa menjadi hafiz, Alfath mengaku ada rasa malu dan takut bisa menghafal seluruh ayat kitab suci tersebut.
"Bangga sekaligus malu juga, karena belum semua ayat lancar. Ditambah beban (seorang hafiz) itukan datang setelah hafal Alquran, untuk menjaga hafalannya. Tapi dibawa enjoy aja lah," ucapnya sambil tersenyum.
Setelah selesai menempuh pendidikan di ponpes terbesar di Purwakarta itu, Alfath mengaku akan meneruskan belajar agamanya ke Madinah, Arab Saudi.
Di salah satu kota bersejarah bagi umat Islam itu, Alfath berkeinginan melanjutkan sekolahnya di Madinah University.
Bahkan, setali tiga uang dengan impiannya, dia memiliki tujuan lain di Kota Madinah yang tidak kalah mulianya.
Seperti di buku novel yang dibacanya, Api Tauhid ciptaan novelis Habiburrahaman el Shirazy yang menceritakan kisah di negeri suci tersebut.
"Ingin ke Madinah, ingin seperti peran utama di buku novel Api Tauhid. Di sana diceritakan bahwa di Madinah itu pemeran utamanya melakukan 40 khataman Alquran di Masjid Nabawi, saya ingin cobain," ucap dia.