News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Sudah Sebulan Lebih Karoman Dikubur Tanpa Kepala dan Tangan, Keluarga Mau Mengadu ke Presiden

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenazah Karoman, korban mutilasi di Ogan Ilir dibawa pulang pihak keluarganya dari rumah sakit Bhayangkara, Selasa (2/7/2019). Tribun Sumsel/Shinta Dwi Anggraini

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Keluarga meminta keadilan pada Presiden Joko Widodo (Jokowi), agar pelaku pembunuhn dan pemutilasi Karoman segera ditangkap, Selasa (2/7/2019).

Karoman menjadi korban pembunuhan dengan cara dimutilasi yang terjadi di Kabupaten Ogan Ilir (OI).

Sembari menangis dan menadahkan kedua tangannya, Ida (42), bibi Karoman meminta agar presiden Jokowi mengambil tindakan agar kasus mengerikan ini segera terungkap.

"Minta tolong sama Pak Presiden Jokowi, tolong kami ini. Tolong ungkapkan siapa pelakunya. Sampai sekarang juga belum dapat tangan dan kepalanya," ujar Ida yang tak kuasa menahan tangisnya saat ditemui di depan instalasi forensik Rumah Sakit Bhayangkara.

Dengan suara terisak menangis, Ida menuturkan sampai kapan pun pihak keluarganya akan terus mencari keadilan hingga pelaku dan bagian tubuh Karoman yang termutilasi segera ditemukan.

"Kalau tidak terungkap kami ingin menuntut keadilan. Kemana pun kami ingin menuntut keadilan biar pelakunya cepat tertangkap," tegasnya.

Hingga keinginan tersebut tercapai, pihak keluarga tidak akan bisa merasa tenang.

Polisi melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) lanjutan kasus pembunuhan disertai mutilasi terhadap Karoman, warga Desa Pinang Mas, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten Ogan Ilir, Selasa (11/6/2019). (Agung Dwipayana/Tribun Sumsel)

Apalagi dengan kondisi lima anak Karoman yang masih kecil namun ayahnya sudah meninggal karena menjadi korban pembunuhan, pihak keluarga memikirkan masa depan anak-anak malang itu.

"Kondisi anaknya paling kecil umurnya baru 2,5 tahun, paling besar baru mau masuk SMP. Bagaimana ke depannya, mereka masih kecil tapi sudah tidak punya ayah," ujar Ida.

Kini pihak keluarga telah membawa pulang jenazah Karoman setelah selama 27 hari berada di instalasi forensik Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.

"Sudah tidak bisa ngomong apa-apa lagi. Tapi kami tetap mohon supaya kasus ini cepat terungkap," ujarnya.

Tanpa Kepala dan Lengan

Rusdi, sepupu Karoman (40), korban mutilasi di Ogan Ilir Sumatera Selatan (Sumsel) mendatangi rumah sakit Bhayangkara kota Palembang, Jumat (7/6/2019).

Meskipun belum ada hasil DNA yang menyatakan jenazah merupakan Karoman, namun Rusdi dan seluruh keluarganya sudah yakin bahwa itu adalah anggota keluarga mereka.

Mardiah, istri Karoman, korban pembunuhan dan mutilasi di Sungai Pinang, Ogan Ilir. (TRIBUN SUMSEL/AGUNG DWIPAYANA)

Seperti diketahui jenazah ditemukan tanpa kepala dan lengan.

"Gimana ya, kami ini tidak ngerti soal urusan seperti ini (mengurus jenazah di rumah sakit), tapi kami sangat yakin kalau itu Karoman. Sudah, itu saja yang kami tahu," ujar Rusdi.

Saat tiba di rumah sakit Bhayangkara, Rusdi yang datang seorang diri tanpa ditemani anggota keluarganya yang lain tampak terlihat kebingungan.

Dia juga mengaku tidak tahu kalau harus membawa istri dan anak kandung korban untuk diambil sampel DNA mereka.

"Saya tahunya, datang kesini ambil jenazahnya dan mau kami makamkan, itu saja," katanya.

Adapun yang membuat pihak keluarga yakin bahwa jenazah itu merupakan Karoman karena mereka melihat dari celana yang dikenakan korban.

Serta terdapat ciri-ciri fisik berupa tanda lahir warna hitam di dekat mata kaki sebelah kiri jenazah.

"Selain itu kami yakinnya karena dia (Karoman) hilang. Dari situ kami yakin kalau yang dimutilasi itu dia," ujarnya.

Mardiah menunjukkan foto Karoman semasa hidup (AGUNG DWIPAYANA/TRIBUNSUMSEL.COM)

Sosok Pekerja Keras

Saat ditanya lebih dalam, Rusdi mengaku bahwa sepupunya itu sosok yang lugu namun juga pekerja keras.

Menggantungkan hidupnya sehari-hari dari menjadi seorang nelayan, Karoman berusaha mencukupi kebutuhan istri dan lima orang anaknya dari hasil mencari ikan di sungai.

"Bayangkan saja, malam lebaran masih nyari ikan di sungai. Maaf ngomong alasannya apa, kalau tidak karena mereka butuh biaya. Dia (Karoman) itu ke pasar saja tidak pernah. Jadi yang jual hasil tangkapannya, ya anak dan istri dia. Kerja malam cari ikan, siang pulang untuk tidur, malamnya pergi lagi. Setiap hari seperti itu," ungkapnya.

Rusdi mengaku sangat prihatin akan kejadian nahas yang dialami sepupunya tersebut.

"Dari dia (Karoman) kecil, saya tahu benar. Bagaimana perjuangannya untuk hidup, cari uang. Bahkan saat sudah punya istri dan anak seperti sekarang. Kalau saya boleh ngomong, malang nasib anak itu, kasihan saya," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Terkait kondisi istri dan anak Karoman, dikatakan Rusdi, bahwa mereka sudah dalam keadaan yang lebih baik.

Rusdi (baju cokelat) keluarga Karoman yang diduga menjadi korban mutilasi, saat mendatangi rumah sakit Bhayangkara, Jumat (7/6/2019) (SHINTA)

"Istrinya sudah lumayan tenang sekarang, dia sudah bisa menerima kenyataan saat ini," ucapnya.

Jika jenazah termutilasi tersebut benar merupakan Karoman, maka rencananya pihak keluarga akan segera membawanya ke Dusun Pinang Kabupaten Ogan Ilir untuk dimakamkan.

Karoman meninggal secara mengenaskan.

Jenazah Karoman korban mutilasi (Tribun Sumsel/M Ardiansyah)

Ia meninggalkan 5 orang anak yang masih kecil, yakni Agus Triadi (15 tahun), Ahmad Komar (11 tahun), Fitrianti (9 tahun), Nurul Usna (5 tahun) dan Miftahul Jannah (2 tahun).

"Suami saya kepala rumah tangga, kami selalu berusaha cari duit Rp 50 ribu sehari untuk menghidupi kelima anak kami," ucap Mardiah, istri almarhum saat diwawancarai Tribun kemarin.

Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Keluarga Korban Pembunuhan Mutilasi di OI Ini Minta Keadilan Presiden Jokowi, Kepala Belum Ditemukan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini