Tim melakukan pendataan kerusakan bangunan dan korban serta pendistribusian bantuan logistik berupa terpal, tikar, makanan, minuman dan obat-obatan. Kebutuhan mendesak berupa beras, air mineral, makanan siap saji, tikar, matras, selimut, terpal, dan popok bayi.
Sejauh ini Pemerintah Halmahera Selatan telah membentuk pos komando (posko) untuk melakukan penanganan darurat.
Dapur umum yang dioperasikan pemerintah daerah (pemda) yang dibantu TNI dan Polri untuk melayani 9 pos pengungsian di Kota Labuha. Pemerintah setempat menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari, terhitung 15 - 21 Juli 2019.
Di samping itu, Pemda Halmahera Selatan telah menurunkan tim yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, Basarnas, Tagana, RAPI, PMI, ACT dan wartawan untuk mendistribusikan logistik ke lokasi pengungsian di Kecamatan Bacan Timur, Bacan Timur Tengah, Gane Dalam, Gane Timur dan Gane Barat.
BPBD Provinsi Maluku Utara dan TRC BNPB telah menuju lokasi terdampak di Kecamatan Gane Barat dan Gane Timur untuk melakukan kaji cepat guna mendata tingkat kerusakan, jumlah pengungsi dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh pengungsi untuk ditindaklanjuti.
Situasi sekitar dua kecamatan tadi relatif kondusif. Jaringan listrik dan komunikasi normal.Tim di lapangan merasakan guncangan yang terasa kuat sesaat gempa susulan dengan magnitudo 5,3 terjadi pada sore tadi (15/7) pukul 17.35 WIB dan berkedalaman 10 km.
Diberitakan, gempa dengan magnitudo 7,2 ini terjadi pada Minggu (14/7/2019) lalu, pukul 16.10 WIB.
Guncangan yang dirasakan warga di beberapa wilayah ini berlokasi pada 0.59 LS,128.06 BT (62 km Timur Laut Labuha - Maluku Utara) dengan kedalaman 10 Km.
Guncangan kuat sebesar V MMI di daerah Obi, III MMI di Labuha, II - III MMI di Manado dan Ambon, dan II MMI di wilayah Ternate, Namlea, Gorontalo, Raja Ampat, Sorong, dan Bolaang Mongondow.
Kendala di lapangan
Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo mengatakan BNPB telah mengirimkan tiga personil tim reaksi cepat ke lokasi gempa bumi 7,2 SR (Skala Ritcher) di Kabupaten Halmahera Selatan.
Namun, menurutnya tim reaksi cepat BNPB terkendala akses menuju lokasi paling terdampak gempa bumi tersebut yang diperkirakan berada di Desa Saketa, Kabupaten Halmahera Selatan.
“Hingga saat ini akses menuju Saketa hanya bisa dicapai melalui jalur laut. Dari ibukota Maluku Utara yaitu Ternate butuh 10 jam menggunakan kapal ferry menuju Labuha, ibukota Halmahera Selatan dan dari Labuha masih butuh lima jam menuju Saketa. Dari Ternate juga hanya ada satu penerbangan dalam sehari menuju ke Labuha,” ungkap Agus Wibowo di Kantor BNPB, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2019).
Baca: Tanggapan Santai Hotman Paris Saat Tahu Akan Dilaporkan Pablo Benua atas Dugaan Pencemaran & Fitnah
Baca: Update Kasus MOS SMA Taruna Indonesia Palembang: Delwyn Meninggal, Wiko Jalani Operasi Perut
Baca: Amien Rais: Yang Ngomong Dunia Seolah Kursi Sesuatu yang Hebat, Itu Belum Paham Arti Kehidupan
Menurut Agus, tim reaksi cepat BNPB akan mencoba membuka akses menuju Saketa menggunakan jalan darat mulai dari Ternate menuju pelabuhan Sofifi dan dilanjutkan menuju jalan darat.