TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Terungkapnya kasus muncikari yang menawarkan pekerja seks komersial (PSK) untuk dibooking via WhatsApp di Kota Metro pada pertengahan Juni 2019 lalu, mengungkap fakta lain mengenai maraknya praktik prostitusi via online di kota kedua di Lampung tersebut.
Wartawan Tribun melakukan investigasi dan menelusuri keberadaan prostitusi online ini selama empat hari di Kota Metro, 15 hingga 18 Juli 2019.
Ternyata, jika pada umumnya praktik sejenis menggunakan aplikasi WhatsApp, Instagram, Twitter, atau Facebook, maka temuan Tribun menunjukkan, prostitusi online di Kota Metro populer menggunakan aplikasi MiChat.
MiChat (dibaca my-chat) sejatinya aplikasi pesan gratis berbasis lokasi yang bisa membantu pengguna untuk menemukan teman-teman baru dan orang-orang di sekitar.
Pada umumnya pengguna Michat bertujuan positif.
Tapi, ada beberapa pengguna yang memanfaatkan aplikasi ini untuk kepentingan negatif, seperti praktik prostitusi online.
Awalnya, Tribun mendapatkan cerita dari pria pengguna pekerja seks yang telah beberapa kali berhubungan dengan para "penjaja cinta" via MiChat.
Jantan, bukan nama sebenarnya, menceritakan, komunikasi dengan PSK melalui melalui MiChat paling mudah dan aman.
Menurutnya, aplikasi MiChat ini ada fitur terkait layanan distance (jarak).
Sehingga, pengguna bisa langsung terhubung dengan pengguna lainnya yang berada dalam satu wilayah.
Jantan mengungkap, cukup mudah untuk mengenali user yang menjajakan diri dengan pengguna umum.
Para PSK biasa menggunakan kode dalam profil atau statusnya.
Baca: Siapa Muslim Cs, Pemimpin SMB Pelaku Pengeroyokan Anggota TNI dan Sering Berbuat Kriminal?
Kode tersebut seperti BO (Booking Order), ST (Short Time), LT (Long Time), dan lainnya.
"Kalau untuk harga variatif. Tapi, harga bersahabat lah, dan masih bisa nego juga. Tergantung komunikasi kita gimana. Bisa minta kirimin foto dulu, karena ada beberapa yang pake profilnya beda. Biar gak jebakan batman. Intinya sih mudah, karena kalau enggak cocok, tinggal ganti yang lain," urainya.
Tribun kemudian mencoba aplikasi MiChat untuk mencari keberadaan penjaja cinta di Kota Pendidikan.
Dengan mengaktifkan tombol lokasi terdekat, dalam sekejap, profil para user langsung terurut mulai dari lokasi yang paling dekat dengan posisi pengguna hingga yang terjauh.
Dan benar, tidak sulit ternyata untuk membedakan antara akun pekerja seks online dan pengguna biasa.
Hari pertama percobaan, Tribun langsung terkoneksi dengan penjaja cinta yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari lokasi akses.
Dara, bukan nama sebenarnya, mematok tarif sebesar Rp 400 ribu untuk jasa plus-plus sekali main.
Dengan sedikit negosiasi, wanita ini pun bersedia menurunkan harga.
"Bisa. Rp 350 ribu. Tempat di kos aku," ujarnya membalas chat.
Dari hari pertama hingga keempat menggunakan aplikasi MiChat, setidaknya Tribun mendapat tujuh respon akun penjaja cinta yang memberi harga terang-terangan berikut lokasi COD (Cash On Delivery).
Ada yang menyiapkan kos, ada juga yang hanya bersedia di hotel.
Baca: Aminah Siram Air Panas ke Tubuh Bahtiar Hingga Tewas, Cemburu Karena Suaminya Itu Menikah Lagi
Adapun tarif yang ditawarkan rata-rata berkisar Rp 350 ribu hingga Rp 500 ribu (setelah tawar menawar) untuk sekali kencan.
Sementara untuk layanan lebih lama atau LT, mulai dari harga Rp 800 ribu ke atas hingga jutaan.
Hasil penelusuran Tribun Lampung, setidaknya ada 11 akun yang menawarkan jasa esek-esek secara gamblang atau dengan mudah ditebak, mulai dari jarak terdekat (ratusan meter) hingga radius dua kilometer saat mengakses MiChat dari Taman Merdeka.
Rp 20 Juta Sebulan
Tribun lalu menelusuri para penjaja cinta sesaat ini dan berhasil mewawancarai Manja (bukan nama sebenarnya), salah seorang pekerja seks online yang menawarkan diri melalui MiChat.
Secara gamblang ia menceritakan rata-rata pendapatannya sejak beralih profesi sebagai penjaja tubuh.
Setiap hari, perempuan bertubuh sintal ini mengaku mendapat minimal satu pelanggan.
Namun, jika dirata-rata per bulan, order yang ia terima mencapai tiga sampai lima orang per harinya selama 20 hari kerja.
"Paling banyak tuh pernah tujuh orang sehari. Cuma kalau sudah dapat lima, biasanya pelanggan yang lain aku cancel aja. Karena lumayan capek. Kalau harga sih minimal Rp 300 ribu untuk sekali yah, tapi lihat orang juga sih, kalau lebih dewasa Rp 400 ribu," paparnya.
Jika dihitung rata-rata angka minimal order per hari dan dikalikan 20 hari kerja, maka puluhan juta sudah pasti mengalir ke kas Manja.
Baca: Kebakaran di Studio Kyoto Animation Menewaskan 33 Orang, Kepala Eksekutif: Sempat Ada Ancaman
Wanita ini pun tidak menampik jika per bulan penghasilannya bisa mencapai Rp 20 juta.
"Ya kira-kira gitulah. Kalau untuk pengeluaran sih cuma untuk bayar kos aja, sama makan. Niatan berhenti sih ada, cuma nanti kalau sudah cukup. Ada keinginan beli rumah sama mobil," terangnya yang mengaku baru 10 bulan menjalankan profesi tersebut.
Wanita yang dulunya bekerja sebagai penjaga toko ini menjelaskan, rumah kos jauh lebih aman dan hemat ketimbang hotel.
Para pelanggannya tidak lagi dibebankan harus membayar sewa tempat seperti hotel.
Namun demikian, bukan berarti rumah kos nyaman. Karena dirinya pernah diangkut Satpol PP saat razia.
"Tapi tetap aman lah. Karena cuma didata saja. Habis itu pulang. Waktu itu pas lagi sama pelanggan juga, cuma ya gitu aja," imbuhnya.
Saat ditanya mengenai para pria hidung belang yang pernah memakai jasanya, Manja tidak pernah mengusik pekerjaan atau latar belakang mereka.
Dirinya lebih memilih untuk bersikap profesional dengan mengikuti gaya masing-masing pelanggannya.
Namun, ia menjelaskan, user terdiri dari seluruh kalangan. Mulai dari remaja, pelajar atau mahasiswa, hingga orang dewasa alias om-om.
Selama ini, Manja hanya mau bertransaksi di rumah kos yang ia siapkan, tapi, ada pengecualian khusus untuk pelanggan tetap.
Baca: AHY Siap Jadi Menteri Jokowi
"Enggak pernah tanya-tanya sih, yang penting saya ramah. Ada yang mau cerita dulu, ya kita dengar, ada yang mau langsung, ya kita ikutin. Ada sih yang aneh, minta macam-macam lah. Aku ikut sebisa mungkin, kalau masih normal ya, cuma kalau udah aneh betul, aku gak mau," imbuhnya.
Perempuan berkulit kuning langsat ini menambahkan, dirinya bekerja sendiri tanpa muncikari.
"Aku sendiri. Cuma kalau tahu online ini, memang dari teman. Ya emang betul sih, untungnya besar. Tapi tetap aku ada target lah, siapa sih yang mau kerja gini terus," tuturnya.
Di Metro sendiri, bisnis esek-esek online bukan barang baru.
Pemilik Kos Harus Laporkan Tamu
Ketua DPRD Kota Metro Anna Morinda menilai urusan prostitusi yang mulai marak di Kota Metro harus menjadi perhatian semua pihak.
"Satpol PP dan instansi lain sudah sering razia dan kami menerima laporannya. Itu patut diapresiasi. Tapi ternyata, masalahnya tidak selesai hanya dengan razia. Makanya semua pihak harus terlibat," imbuhnya.
Anna sendiri menyangsikan jika para pekerja seks online merupakan penduduk asli Metro.
Namun, Bumi Sai Wawai tidak bisa menolak arus urban sebagai sebuah kota yang pasti bakal memiliki konsekuensi negatif dari sebuah perubahan.
Namun demikian, masalah tersebut harus didalami. Terutama pemilik rumah kos harus melaporkan pada pamong 1x24 jam tamu yang datang.
Demikian pula warga, untuk memperhatikan kehadiran warga lain di sekitar lingkungannya.
Baca: AHY Sarankan Jokowi dan SBY Juga Bertemu
"Tentu kita tidak ingin, jangan sampai terjadi kasus yang kita tonton di tv nasional, terjadi pembunuhan di rumah kos, ada mutilasinya, gara-gara masalah-masalah begitu. Tapi saya yakin kita masih bisa melakukan kontrol bersama. Karena masyarakat Metro ini terkenal kegotongroyongannya," imbuhnya.
Tak jauh berbeda, Sekretaris MUI Kota Metro Nasrianto Effendi menilai, pamong, RT, pemilik kos, dan masyarakat harus peduli terhadap keadaan sekitarnya.
Sehingga mempersempit ruang gerak dan potensi baik kriminal maupun maksiat.
"Kalau untuk penegakan hukum, itu kita serahkan kepada aparat berwenang. Karena online itu kan ada juga hukum yang mengatur. Ada ITE, UU pornografi, sampai KUHP, kalau untuk penegakan," ujarnya via sambungan telepon.
Namun untuk pencegahan, perlu upaya bersama, mulai dari razia Satpol PP, sampai pendataan pengguna kos harus secara konsisten dilakukan.
Begitu juga mereka yang terjaring, wajib dilakukan pembinaan.
Pembinaan bukan sekadar wejangan, tapi pemberian pelatihan, konseling, dan lainnya. Dengan harapan tidak berbuat kembali.
Karenanya, diperlukan data induk, siapa saja yang pernah terkena razia, melakukan perbuatan maksiat, dan telah dilakukan pembinaan plus konseling.
"Karena kalau dalam Islam, seperti di Aceh ada hukuman cambuk, ada juga yang dinikahkan, tapi kan kita tidak bisa seperti itu. Cuma, memang perlu ada sanksi juga. Misal, dikeluarkan dari kos, dan rumah kos lain pun diberi tahu, semacam black list lah," ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengedalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Metro Prayetno sepakat jika masalah penanggulangan pekerja seks dilakukan semua pihak.
Meski hal tersebut bukan tupoksi dinasnya.
"Kalau penanggulangan PSK itu Satpol PP dan Dinas Sosial. Kami lebih kepada perlindungan. Misal ada korban pelecehan, nah itu kita mendampingi. Seperti kasus perdagangan manusian kemarin, tapi masalahnya itu kan warga Lampung Tengah, memang ditangkapnya di Metro," terangnya.(tribunlampung.co.id/indra simanjuntak)
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul PSK Online di Lampung Layani 5 Pelanggan Sehari, Pelajar hingga Om-om