Tak sampai di situ, DBJ juga sempat ditarik tersangka dari belakang ketika sedang merayap.
Akibatnya, tubuh DBJ terpelanting dan kepalanya terbentur aspal hingga menyebabkan korban tewas.
Baca: Lansia Penjual Rambak di Sukoharjo Datang dengan Cerita Sedih, Ditipu Pakai Uang Palsu
Selain DBJ, WJ (14) yang juga merupakan siswa di sekolah tersebut meninggal usai menjalani perawatan di rumah sakit selama enam hari.
Sat Reskrim Polresta Palembang masih melakukan penyelidikan tahap awal terkait meninggalnya WJ (16), dalam dugaan kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) yang diselenggarakan SMA Taruna Indonesia.
Hingga saat ini, Lanjut Yon, sudah 9 orang dari pihak sekolah yang diperiksa sebagai saksi, yakni siswa siswi SMA Taruna Indonesia.
Baca: Penetrasi Pasar, 500 unit VW Tiguan Allspace Dirakit di Cikarang
“Masih penyelidikan tahap awal, belum ada kesimpulan apapun tentang tindak pidana terkait laporan dari keluarga WJ,” Ungkap Kasat Reskrim Polresta Palembang, Kompol Yon Edi Winara, di ruang kerjanya, Senin (22/7/2019),
“Nanti akan dijadwalkan, untuk dilakukan pemeriksaan gurunya sebagai saksi, termasuk pihak pelapor tetap kita pintai keterangan,” katanya.
Selain melakukan pemeriksaan saksi, tanbah Yon, pihaknya juga akan menggelar olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang menjadi bagian dari penyelidikan.
“Termasuk hasil visum WJ, sudah kita minta tapi belum diterima. Jadi belum bisa dikatakan korban, karena masih proses penyelidikan dan belum ada kesimpulan apapun,” jungkapnya lagi,
Ditanya apakah dengan meninggalnya WJ, menjadi kendala pihaknya dalam melakukan proses penyelidikan.
Dengan lugas Yon menjawab, pihaknya punya mekanisme sendiri dalam melakukan penyelidikan.
“Karena kita harus mengungkap suatu kasus sesuai dengan fakta,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua Komisi V DPRD Sumsel, H Fahlevi Maizano SH MH mengaku sangat menyesalkan kepada pihak sekolah yang tidak melakukan test kesehatan penuh atau general chekup kepada para siswa SMA Taruna.
“Mereka mengatakan kalau sekolah ini dari awal punya kekhususan untuk mereka yang ingin masuk TNI Polri, kalau mereka sudah mengkhususkan ke TNI/Polri seharusnya mereka melakukan cek kesehatan paripurna (general chek up) tapi itu tidak mereka lakukan, mereka hanya test fisik dengan test kesehatan luar seperti postur, berapa kali sit up, push up dan lari, seharusnya dilakukan pemeriksaan secara paripurna, entah itu darah, jantung, harusnya itu, ini tidak mereka lakukan, tapi kami belum ngomong ini kelalaian, inilah yang harus dievaluasi oleh Dinas Pendidikan,” ungkap Falevi Maizano.