TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Penyidik Polresta Palembang hari ini, Rabu (24/7/2019) memeriksa Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia Palembang.
Pemeriksaan tersebut terkait kematian dua siswa SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia seusai mengikuti masa orientasi siswa (MOS) yang berlangsung selama sepekan.
Baca: 9 Siswa-Siswi SMA Taruna Indonesia Diminta Keterangan Terkait Meninggal Siswa Saat MOS
Pemeriksaan berlangsung di ruang unit pidana umum Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polresta Palembang.
"Ini pemeriksaan kedua saya untuk saksi DBJ. Tadi dipanggil penyidik, ditanyakan seputar kegiatan orientasi saja," kata Tarmizi.
Menurut Tarmizi, ia sebelumnya diperiksa penyidik di sekolah. Pemeriksaan itu setelah polisi menetapkan Obby Frisman Arkataku (24) yang merupakan pembimbing ditetapkan sebagai tersangka.
Menurut Tarmizi, dalam kegiatan orientasi tersebut mereka melibatkan institusi dari TNI sebagai pembina.
Sementara, tersangka Obby hanya berstatus sebagai pembina pembantu ketika acara itu berlangsung.
"Kami tidak tahu ada pemukulan itu. Diharamkan selama kegiatan untuk kontak fisik. Pembinaan sebenarnya sudah diserahkan ke ahli dari TNI. Kalau itu (Obby) membantu kegiatan saja," kata Tarmizi.
Tarmizi menyerahkan kasus penganiayaan yang menjerat Obby ke polisi.
Meski terganjal masalah kekerasan, kondisi sekolah masih melakukan kegiatan belajar seperti biasa.
"Aktivitas belajar masih berjalan, tidak terganggu. Kami serahkan semuanya ke polisi, itu hanya oknum saja," kata Tarmizi.
Sebelumnya, Obby ditetapkan sebagai tersangka atas kasus penganiayaan DBJ (14) siswa SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia, Palembang.
Dalam hasil penyelidikan polisi, Obby diduga menganiaya korban lantaran tak mengikuti instruksinya ketika orientasi siswa berlangsung.
Dari rekonstruksi yang digelar, Obby memukul DBJ dengan menggunakan bambu buntu.
Tak sampai di situ, DBJ juga sempat ditarik tersangka dari belakang ketika sedang merayap.
Akibatnya, tubuh DBJ terpelanting dan kepalanya terbentur aspal hingga menyebabkan korban tewas.
Baca: Lansia Penjual Rambak di Sukoharjo Datang dengan Cerita Sedih, Ditipu Pakai Uang Palsu
Selain DBJ, WJ (14) yang juga merupakan siswa di sekolah tersebut meninggal usai menjalani perawatan di rumah sakit selama enam hari.
Sat Reskrim Polresta Palembang masih melakukan penyelidikan tahap awal terkait meninggalnya WJ (16), dalam dugaan kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS) yang diselenggarakan SMA Taruna Indonesia.
Hingga saat ini, Lanjut Yon, sudah 9 orang dari pihak sekolah yang diperiksa sebagai saksi, yakni siswa siswi SMA Taruna Indonesia.
Baca: Penetrasi Pasar, 500 unit VW Tiguan Allspace Dirakit di Cikarang
“Masih penyelidikan tahap awal, belum ada kesimpulan apapun tentang tindak pidana terkait laporan dari keluarga WJ,” Ungkap Kasat Reskrim Polresta Palembang, Kompol Yon Edi Winara, di ruang kerjanya, Senin (22/7/2019),
“Nanti akan dijadwalkan, untuk dilakukan pemeriksaan gurunya sebagai saksi, termasuk pihak pelapor tetap kita pintai keterangan,” katanya.
Selain melakukan pemeriksaan saksi, tanbah Yon, pihaknya juga akan menggelar olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang menjadi bagian dari penyelidikan.
“Termasuk hasil visum WJ, sudah kita minta tapi belum diterima. Jadi belum bisa dikatakan korban, karena masih proses penyelidikan dan belum ada kesimpulan apapun,” jungkapnya lagi,
Ditanya apakah dengan meninggalnya WJ, menjadi kendala pihaknya dalam melakukan proses penyelidikan.
Dengan lugas Yon menjawab, pihaknya punya mekanisme sendiri dalam melakukan penyelidikan.
“Karena kita harus mengungkap suatu kasus sesuai dengan fakta,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua Komisi V DPRD Sumsel, H Fahlevi Maizano SH MH mengaku sangat menyesalkan kepada pihak sekolah yang tidak melakukan test kesehatan penuh atau general chekup kepada para siswa SMA Taruna.
“Mereka mengatakan kalau sekolah ini dari awal punya kekhususan untuk mereka yang ingin masuk TNI Polri, kalau mereka sudah mengkhususkan ke TNI/Polri seharusnya mereka melakukan cek kesehatan paripurna (general chek up) tapi itu tidak mereka lakukan, mereka hanya test fisik dengan test kesehatan luar seperti postur, berapa kali sit up, push up dan lari, seharusnya dilakukan pemeriksaan secara paripurna, entah itu darah, jantung, harusnya itu, ini tidak mereka lakukan, tapi kami belum ngomong ini kelalaian, inilah yang harus dievaluasi oleh Dinas Pendidikan,” ungkap Falevi Maizano.
Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumsel telah menggelar rapat dengar pendapat antara Sekolah SMA Taruna Indonesia Palembang dan juga Tim Investigasi dan Evaluasi dari Dinas Pendidikan Sumsel, Senin (22/7/2019).
Pemanggilan tersebut terkait tewasnya dua orang pelajar SMA Taruna Indonesia Palembang lantaran kelalaian melakukan MOS (Masa Orientasi Sekolah) yaitu Delwyn Juliandro, Sabtu (13/7/2019) lalu dan Wiko Jeriyanda (16) yang sempat dilarikan ke RS Karya Asih Lebung Gajah dalam kondisi kritis, kini menghembuskan nafas terakhirnya di ruang perawatan RS RK Charitas, Jumat (19/7/2019) pukul 20.00.
Hadir dalam rapat tersebut Kepala Sekolah SMA Taruna Indonesia Palembang Tarmidzi Indrianto dan Kepala Bidang Sekolah Menengah Atas (Kabid SMA) Dinas Pendidikan Sumsel, Bonny Syafriyan, rapat dipimpin Ketua Komisi V DPRD Sumsel Fahlevi Maizano.
Pria yang akrab disapa Boy mencontohkan Sekolah Olahraga yang tidak langsung menerapkan fisik siswa baru setelah tiga bulan baru siswa tersebut mengikuti kegiatan fisik.
“Karena mereka ini kan anak SMP baru masuk SMA tentu kita tahu anak ini, apa ada penyakit bawaan, apa fisiknya bagus atau tidak, seharusnya sekolah sudah mengantisipasi itu, ternyata ini tidak,” katanya.
Baca: Rumah Ustaz Ahmad Salimin Dani Dibobol Maling, USD 30 Ribu dan Rp 240 Juta Raib
Saat ini Komisi V DPRD Sumsel tidak akan mengeluarkan rekomendasi sekarang karena tim investigasi dan tim evaluasi lagi berjalan, terlalu dini kalau Komisi V DPRD Sumsel mengeluarkan rekomendasi.
“Cuma rekomendasi kami ke Diknas untuk bekerja sebaik-sebaik mungkin membuat ini lebih terang secara administrasi, secara program kegiatan maupun akademiknya, semuanya harus di evaluasi,” katanya. (Sripoku/Abdul Hafiz/andi wijaya)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : "Siswa Tewas Seusai Orientasi, Kepala SMA Taruna Indonesia Diperiksa Polisi"