Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Kerja keras Siti Nur Azizah berjuang di Pilkada Tangerang Selatan (Tangsel) 2020 masih harus diuji.
Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarok, menyebut modal nama besar ayahnya, Maruf Amin, dan sentimen kedaerahan tidaklah cukup.
Seperti diberitakan TribunJakarta.com sebelumnya, Nur Azizah mantap maju pada kontestasi perebutan kursi eksekutif di Tangsel karena terinspirasi ayahnya yang akan menjabat RI 2.
Baca: Pascapertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta, Surya Paloh: Kunjungan Seorang Adik kepada Kakak
"Ya bagus, semakin banyak yang maju maka warga Tangsel makin banyak pilihan. Tentunya juga semakin banyak alternatif program dan gagasan bagi pembangunan Tangsel. Tapi sekedar 'siap maju' saja ya tidak cukup, tapi harus berjuang," terang Zaki saat dihubungi TribunJakarta.com, Rabu (24/7/2019).
Berjuang yang dimaksud Zaki adalah terjun langsung ke dalam konstalasi politik Tangsel untuk mencari dukungan.
Selain itu, Nur Azizah juga perlu memperkenalkan dirinya lebih luas ke masyarakat Tangsel yang ia sebut sendiri sebagai masyarakat heterogen.
"Bagiamanapun popularitas atau keterkenalan merupakan aspek penting yang mendukung elektabilitas. Kita berharap calon-calon yang maju nantinya lebih berkualitas, programnya lebih tajam dan Pemilukadanya lebih kompetitif," jelasnya.
Zaki menegaskan, nama besar Ma'ruf Amin bisa menjadi modal. Namun itu baru menghantarkannya ke titik awal untuk selanjutnya diteruskan dengan perjuangan politik lain.
"Pasti peluang ada. Fakta bahwa dia putranya Pak Wapres dan ulama terkenal merupakan modal politik awal," ujarnya.
Dalam wawancara terakhir dengan awak media, Nur Azizah sering sekali menyebut dirinya sebagai putri Banten.
Selain membawa kesohoran nama ayahnya, Nur Azizah nampak ingin membawa sentimen kedaerahan sebagai orang asli Tanah Jawara.
Zaki berpendapat, sentimen kedaerahan tak lagi relevan untuk menggaet simpati masyarakat, karena yang lebih ditimbang adalah kompetensi si calon.
"Sudah enggak relevan lagi. Jokowi dan Anies dari luar Jakarta, tapi terpilih sebagai Gubernur DKI. Masyarakat lebih menilai kompetensinya," jelasnya.
Baca: Anak Nunung Cerita Dampak Kasus Ibunya Pada Keluarga, Jawab Isu Bullyan hingga Tak Hidupkan Televisi