"Alhamdulillah sehat, bisa jalan sedikit-sedikit. Kalau jauh-jauh tidak bisa," ujar Mbah Yatim, kemudian tersenyum.
Meski di usia senja, Mbah Sumiati masih merespon dengan baik pembicaraan tanpa terganggu pendengaran.Si mbah juga mengaku penglihatannya masih awas.
"Dengar masih bisa, melihat bisa ndak buram ndak. Cuma kalau jalan jauh ndak bisa, pakai kursi roda," kata dia.
Yatim menuturkan ibundanya pun tidak pikun.
"Mbah ndak pikun, pendengarannya bagus, penglihatannya juga. Saya kalah penglihatannya harus pakai kacamata," canda Yatim.
Nantinya, Nenek Sumiati harus menggunakan kursi roda untuk beraktifitas di luar ruangan selama perjalanan haji.
"Persiapannya membawa obat-obatan yang disarankan dokter dari RSUD Jombang, jalan-jalan masih bisa tapi tidaj terlalu jauh," pungkas dia.
Tekunan beribadah menjadi resep sehat nenek Sumiati hingga berusai 107 tahun.
Selain itu rahasia panjang umur calon jemaah haji (CJH) tertua Jawa Timur adalah berdoa dan beristighfar, meminta ampunan kepada Allah.
CJH asal Jombang itu tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 53 Embarkasi Surabaya ini mengungkapkan sejumlah kunci sehatnya di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Selasa (23/7/2019).
"Berdoa, ikhlas, sabar, nyebut istighfar, astaghfirullah, La Hawla Wa Laa Quwwata Illah Billah. Iklas urip niki kudu ikhlas (Berdoa, ikhlas, sabat, mengucap istighfar dan harus ikhlas menjalani hidup)" kata Nenek Sumiati di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, Selasa (23/7/2019).
Rutinitasnya pun diakui tak jauh dari shalat. Setiap hari sang Nenek mengaku bangun malam hari untuk salat Tahajud, sembari menunggu waktu salat Subuh.
"Sehari-hari mandi pagi, jam 03.00 WIB Tahajud. Mandi sebelum shalat rutin. Shalat subuh," ujar nenek empat cucu.
Meski tak muda lagi dan sempat dirawat inap lantaran penyakit infeksi paru-paru dan jantung, Nenek Sumiati mengaku rutin berpuasa sunnah senin-kamis.