News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Erupsi Gunung Tangkuban Parahu

Aktivitas Terkini Gunung Tangkuban Parahu, Terlihat Asap Kawah Putih, Warga Harus Waspada

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gunung Tangkuban Parahu, Sabtu (27/7/2019). Tribun Jabar/Syarif Pulloh Anwari

TRIBUNNEWS.COM - Kondisi terkini Gunung Tangkuban Parahu dijelaskan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi.

PVMBG menyimpulkan, tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih berada di level I atau normal.

Hasil tersebut didapat berdasarkan periode pengamatan pada pukul 00.00-06.00 WIB, Minggu (28/7/2019).

"Aktivitas kegempaan. Embusan: Jumlah 17, amplitudo : 4-25 mm, durasi : 10-22 detik. Tektonik Jauh. Jumlah : 2, Amplitudo : 4 mm, S-P : tidak terbaca, Durasi : 30-50 detik. Tremor menerus (microtremor) terekam dengan amplitudo 0.5-3 mm (dominan 1.5 mm)," tulis Kepala PVMBG, Kasbani dalam keterangannya.

Baca: Erupsi Tangkuban Parahu, Amankah Sayuran juga Buah yang Kena Abu Vulkanik Dikonsumsi?

Secara visual, Gunung Tangkuban Parahu teramati secara jelas.

Ada asap kawah bertekanan sedang hingga kuat teramati berwarna putih.

"(Asap kawah) dengan intensitas sedang hingga tebal dan tinggi 200 m di atas puncak kawah," tulis Kasbani.

Cuaca di sekitar gunung yang berada di Subang ini pun cerah.

Baca: Politik Nasi Goreng Vs Nasi Liwet, Ini Kesamaan Sikap Prabowo Saat Bertemu Megawati dan Rachmawati

Angin bertiup lemah ke arah utara.

"Suhu udara 15-17 derajat celsius kelembapan udara 0-0 persen, dan tekanan udara 0-0 mmHg," tulis Kasbani.

Lebih lanjut PVMBG pun memberikan sejumlah rekomendasi.

Pertama, masyarakat atau pengunjung di sekitar Gunung Tangkuban Parahu diimbau tidak mendekati kawah yang ada di puncak dalam radius 500 m dari kawah aktif atau sekitaran sepanjang area parkir bibir kawah dan tempat berdagang.

"Masyarakat pun diimbau waspada terhadap terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas," tulis Kasbani.

Sesar Lembang yang membentang 29 km dari Batu Lonceng sampai Padalarang. (Google)

Tak Pengaruhi Sesar Lembang

Banyak yang bertanya apakah Sesar Lembang akan bereaksi setelah Gunung Tangkuban Parahu erupsi atau meletus pada Jumat (26/7/2019).

Selain bahaya Gunung Tangkuban Perahu meletus, warga di Lembang atau sekitar Gunung Tangkuban Parahu, khawatir terjadi gempa yang potensinya bisa mencapai magnitude 7 skala richter.

Dari hasil penerlitian Sesar Lembang ini aktif dan sewaktu-waktu bisa terjadi gempa.

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung kemudian aktif melakukan sosialisasi soal mitigasi bencana gempa Sesar Lembang.

Antara Gunung Tangkuban Parahu dan rekasi Sesar Lembang ternyata masih sulit dipastikan keterkaitannya.

Hanya, soal erupsi Gunung Tangkuban Perahu yang kemarin terjadi masih dikatakan relative aman dan tidak menimbulkan kegempaan.

Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto, mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan kemungkinan peningkatan aktivitas Sesar Lembang menyusul erupsi Gunung Tangkuban Parahu.

Erupsi Gunung Tangkuban Parahu, kata Eko, masih bersifat freatik atau masih melibatkan aktivitas air pada bagian atas gunungnya, dan belum memperlihatkan indikasi pengaruh kenaikan magma.

Hal itu terlihat dari asap erupsi yang berwarna putih, menandakan kandungan air.

"Masih bagian atasnya. Kalau magma yang naik, indikasinya adalah warna asap hitam. Kalaupun letusan magmatik, bisa jadi itu bukan letusan besar (yang bisa memengaruhi aktivitas sesar)," kata Eko saat dihubungi semalam.

Eko mengatakan, para ilmuwan pun sulit mengaitkan hubungan antara aktivitas gunung berapi dengan aktivitas sesar.
Pengaitan ini, katanya, boleh dikatakan masih relatif spekulatif.

"Jadi, sifatnya tidak bisa dipastikan. Kita tidak tahu karena mungkin selama ini tidak banyak riset yang dilakukan terkait itu. Sifatnya menebak-nebak, apa iya apa tidak," katanya.

Namun, menurut sejarahnya, kata Eko, terbentuknya Sesar Lembang memang terkait erat dengan letusan Gunung Sunda Purba.

"Letusan Sunda Purba dulu itulah yang mengawali proses pembentukan Sesar Lembang. Tapi itu letusan yang luar biasa besar. Dua letusan, 200 ribu tahun lalu dengan 50 ribu tahun lalu, dua-duanya kataklismik," katanya.

Namun, jika sifat letusan masih seperti yang terjadi pada Jumat sore, kata Eko, tidak akan berkaitan dengan Sesar Lembang.

Kepala Sub-Bidang Mitigasi Gunungapi Wilayah Barat PVMBG, Nia Khaerani, mengatakan, erupsi di Kawah Ratu, Jumat sore, tak disertai gejala vulkanik yang jelas.

"Bahkan, saat erupsi terjadi, seismograf kami lurus, berarti tidak ada tanda-tanda kegempaan," ujarnya di Pos Pemantauan Gunungapi Tangkuban Parahu.

Senada dengan Eko, Nia juga memastikan bahwa erupsi ini tak berpotensi memicu pergerakan patahan Lembang.

"Erupsinya kecil. Tak akan mengganggu patahan Lembang," ujarnya.

Personel Brimob Polda Jabar menggunakan motor melintasi tumpukan debu di jalan menuju Kawah Gunung Tangkuban Parahu, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (27/7/2019). Menyusul erupsi pada Jumat (26/7/2019), Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu ditutp bagi wisatawan selama tiga hari. Tribun Jabar/Zelphi (Tribun Jabar/Zelphi)

15 Wisatawan Luka
Setidaknya 15 wisatawan terluka saat Gunung Tangkuban Parahu yang tenang tiba-tiba erupsi, selepas Asar, Jumat (26/7/2019).

Asap kelabu membubung tinggi dari Kawah Ratu.

Dalam hitungan detik, langit tiba-tiba gelap diiringi hujan abu vulkanik erupsi Gunnung Tangkuban Parahu.

Para pedagang yang sore itu masih berjualan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu sontak berlarian menyelamatkan diri.

Dalam keadaan panik, para wisatawan berebutan turun, menuju tempat parkir dan bergegas pergi.

"Ada mobil yang ringsek karena nabrak saat turun," kata Acep (32), juru parkir TWA Gunung Tangkuban Parahu, saat ditemui di gerbang masuk Tangkubanparahu, kemarin.
Acep mengatakan, meski belum hari libur, Tangkuban Parahu ramai sepanjang hari kemarin.

"Pengunjungnya lumayan banyak, pada bawa mobil dan motor," kata Acep.

Acep mengatakan, saat hujan abu turun, ia sempat kembali ke atas untuk membantu temannya yang masih ada di sana.

"Saat itu, jalan ke puncak sudah tertutup abu setebal sepuluh sentimeran. Teman saya di atas dagang sweater. Dia panik saat saya datang," ujarnya.

Gambaran kepanikan juga diungkapkan Hendrik (47), salah seorang pedagang.

"Tak lama setelah Kawah Ratu meletus, kondisinya gelap gulita. Kami berlarian menyelamatkan diri. Sejumlah wisatawan berteriak-teriak mencari keluarganya," kata Hendrik.

Hendrik mengatakan, sejumlah tetangganya terpaksa mendapat perawatan karena terluka saat menyelamatkan diri.

"Ada warga yang matanya terkena abu dan ada yang sesak napas," kata Hendrik, yang sehari-hari juga menjadi ketua RT di kawasan Tangkuban Parahu.

Kapolsek Lembang, Kompol Sutarman, mengatakan, 15 wisatawan yang terluka sudah mendapat perawatan klinik Sespim, Lembang.

"Sebagian sudah diperbolehkan pulang. Kebanyakan mengalami sesak napas," ujarnya di TWA Tangkubanparahu.

Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu erupsi pukul tepat 15.48.

Pelaksana harian Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Agus Wibowo, mengatakan, berdasarkan hasil pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dari Pos Pengamatan Gunungapi Tangkuban Parahu, kolom abu saat erupsi terlihat berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut dan selatan.

Tinggi kolom abu yang teramati sekitar 200 meter dari atas puncak atau kurang-lebih 2.284 meter di atas permukaan laut.

Erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 38 mm.

Durasi sekitar lima menit 30 detik.

Kapolres Subang, AKBP Muhammad Joni, mengatakan, penyisiran masih terus dilakukan di lokasi TWA.

"Selain itu, kami sudah menyiapkan posko bersama instansi lain di kantor pos pemantauan PVMBG Gunung Tangkuban Parahu," ujarnya.

Deden Ridwansah, Kepala Kantor SAR Bandung, mengatakan, kondisi Tangkuban Parahu pada Jumat malam sudah kembali normal.

"Pengunjung, pendaki gunung, dan masyarakat sekitar sudah dievakuasi," kata Deden, semalam.

Deden memastikan tak ada korban jiwa pada peristiwa erupsi ini.
Status Gunung Tangkuban Parahu tetap berada di level 1.

"Kantor SAR Bandung berfokus pada pencarian dan pertolongan. Karena itu, siaga tim di lokasi sangat diperlukan untuk menunjang kesiapsiagaan tim jika terjadi hal yang tidak diinginkan," kata Deden.

(Tribun Jabar/Yongky Yulius)

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Kondisi Terkini Gunung Tangkuban Parahu 28 Juli 2019, PVMBG Berikan Rekomendasi Ini untuk Masyarakat, 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini