News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kisah Putri Pantang Menyerah Meski 6 Kali Gagal Masuk Akmil, Kini Ia Diwisuda Jadi Perwira Kowad

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kisah Putri Lenggo Geni, Anak Petani yang 6 Kali Gagal Daftar Kowad Kini Sukses Jadi Anggota TNI dan Dilantik Presiden Jokowi

TRIBUNNEWS.COM -- Kisah mengharukan sekaligus inspiratif dialami Putri Lenggo Geni, anak petani yang baru saja lulus dari Akademi Militer (Akmil) tingkat IV tahun 2019.

Meski sempat mengalami enam kali kegagalan, Putri Lenggo Geni pantang menyerah hingga akhirnya ia kini menjadi perwira kowad (Korps Wanita) TNI AD.

Kisah Putri Lenggo Geni ini diulas dalam video yang diunggah channel youtube TNI AD.

Mariamon, ibunda Putri Lenggo Geni menceritakan awal perjuangan putrinya dimulai tahun 2012.

Menurut Mariamon, putrinya telah mencoba segala jalur tes seperti IPDN, Akpol, hingga brigadir tapi terus gagal.

Baca: FPI Belum Juga Serahkan 10 Syarat Perpanjangan Izin

Baca: Belum Bebas Debu, Gunung Tangkuban Parahu Batal Dibuka Hari Ini

Baca: Korban Fintech Ilegal di Solo Bertambah, Nunggak 2 Bulan Denda Rp 75 Juta

Baca: Ini Daftar Rumah Sakit di Jakarta yang Turun Kelas

Baca: Mobil dan Motor Favorit Pengunjung GIIAS 2019

"Dari awal tamat SMA itu pas 2012 coba tes IPDN, tes Akpol, tes Brigadir, nah ini yang ke-7 Alhamdulillah anak ibu ada rezekinya di Taruna Akmil, dengan perjuangannya yang sangat panjang," terang Mariamon

Tak hanya itu, Putri Lenggo Geni juga ikut menceritakan perjuangannya selama ini.

Putri Lenggo Geni

"Motivasi saya yang pertama itu sebelum ke akademi militer, pertama saya gagal di akpol itu ada tanda-tanda kutip dari orang sekita. 'Kamu gagal ya, karena kamu nggak ada ini nggak ada ini,' tapi saya yakin, walaupun saya hanya anak seorang petani dan saya sudah mencoba sampai akhir.

Bahkan sampai panthukhir dan di panthukhir itu saya gagal. Berarti itukan bukan rezeki bukan karena ini seperti kata orang di luar sana. Jadi saya, 'O mungkin belum waktunya,'" terang Putri Lenggo Geni.

Tak hanya itu, Sermatutar Putri juga tampak memiliki keyakinan yang kuat terhadap perjuangannya.

"Saya percaya sama janji Tuhan itu selagi kamu masih berusaha, saya akan kasih. Tapi di situ mau dijanjikan seperti mau tes itu mau 27 tahun. Lewat dari itu tidak tes berarti ini bukan jalan saya. Akhirnya saya jadi taruni akademi militer," terang Putri.

Karena kini Putri Lenggo Geni berhasil melewati perjuangan panjang dan sukses jadi anggota TNI, sang ibunda pun memberi pesan dan harapan untuknya.

"Harapan ibu sama Putri tetaplah jadi anak yang baik, rendah hati, jangan lupa sama Tuhan, tetap sholat, berdoa terus, dan semakin kita tinggi itu hati kita semakin rendah. Tetapkan hatimu di sini, jangan pernah sombong," ucap Mariamon.

Bahkan bagi sang ayah, Putri merupakan karunia dari Tuhan.

"Kalau bagi kami orang tuanya, Putri itu kayak bintang jatuh dari langit," ucap Udet Sirtama, ayahanda Sermatutar Putri Lenggo Geni.

Putri Lenggo Geni pun lantas menjelaskan harapannya dan memohon doa restu dari kedua orang tuanya.

"Harapan saya cuma satu. Saya hanya minta Allah beri saya jalan yang lurus di kedinasan, tetap jaga rendah hati saya.

Buat kedua orang tua saya, ikhlaskan saya lanjut ke dunia kedinasan. Mungkin ini jalan dari Allah, saya harus mencari rezeki meninggalkan rumah tetapi tetap saya berada di bawah sujud kaki kedua orang tua saya," pungkas Putri Lenggo Geni.

Melansir dari laman rekrutmen-tni.mil.id, Putri Lenggo Geni merupakan putri kebanggaan Payakumbuh yang lahir pada 19 Januari 1994 silam.

Ia sempat tercatat sebagai nama calon siswa taruna Akademi TNI tahun angkatan 2015 yang berasal dari Padang, Sumatera Barat.

Kisah tak kalah inspiratif juga datang dari Yusuf Maulana Abdullah, anak tukang ojek yang juga baru lulus dari Akademi Militer (Akmil) tingkat IV tahun 2019.

Awalnya, Yusuf Maulana Abdullah hanya ingin menjadi bintara yang menurutnya sudah bisa membahagiakan orangtua.

Tapi nasib berkata lain, Yusuf yang memiliki nilai terlalu bagus malah dialihkan ke sekolah perwira.

Keinginan Yusuf menjadi tentara berawal saat melihat kerja keras ayahnya, Anda Sunarto yang seorang tukang ojek.

Yusuf mengaku prihatin melihat sang ayah yang bekerja keras setiap hari.

Dulu setiap pulang sekolah, Yusuf Maulana kerap mampir ke tempat ayahnya mangkal.

Ia melihat sang ayah kerap mengejar penumpang untuk mencari nafkah.

"Kalau saya pulang sekolah, saya mampir ke tempat bapak saya 'Ya Allah bapak saya kejar-kejar cari penumpang', dari situ saya nekat pasti bisa saya masuk (TNI), apa pun saya mau," ujarnya.

Hal itu membuat Yusuf semakin termotivasi untuk daftar TNI.

Kala itu, usianya merupakan batas akhir dari pendaftaran Tamtama TNI AL.

"Pada 2015 saya daftar Tamtama AL dengan pikiran umur saya udah terakhir, ya udah lah yang penting jadi tentara yang bisa bahagian bapak dan mama juga. ya udah saya tekad apa pun hasilnya saya terima," katanya.

Ditolak masuk pendidikan Tamtama TNI AL karena nilainya terlalu tinggi, hidupnya justru bak ketiban durian runtuh.

Yusuf bernasib mujur karena mendapatkan tawaran untuk daftar menjadi taruna.

Akhirnya, Yusuf pun tak menyia-nyiakan kesempatan.

"Tapi Allah berkehendak lain, tamtama enggak boleh, jadinya taruna," kata Yusuf Maulana.

Namun, berjalannya pendidikan Yusuf di Akmil, ia justru harus menelan kenyataan pahit.

Ibunya meninggal ketika Yusuf mengenyam pendidikan pada tingkat tiga.

Pada waktu ibunya menghembuskan napas terakhir, ia tengah bersiap akan latihan.

Ayahnya sengaja tak memberi tahu anaknya yang sibuk latihan.

"Mama meninggal waktu saya tingkat tiga, pas mau latihan luar, bapak enggak ngasih tau, malah ngasih taunya ke orang lain," kata Yusuf.

Walaupun begitu, sang ayah memiliki alasan tersendiri.

Anda Sunarto bercerita, sebenarnya Yusuf sempat menengok istrinya saat di rumah sakit.

Setelah itu, ia pun tak memberikan kabar duka kepada anaknya terkait istrinya.

"Sempat ke RS dia nengok dulu, tak lama seminggu kemudian saya enggak kasih kabar barang kali di sini lagi dinas atau latihan," katanya.

Ia mengaku, tak tega harus menyampaikan kabar duka pada sang anak.

Sebenarnya ia sedih kehilangan sang istri saat Yusuf masih melakukan pendidikan, belum lulus dari Akmil.

"Enggak tega, enggak apa-apa lah ini mah urusan Allah, saya juga udah berusaha sekuat tenaga, tapi ya namanya kehendak Allah kan enggak tahu. Saya juga sedih juga, dia juga belum lulus, mama udah enggak ada," katanya terlihat sedih.

Kemudian, Yusuf pun masih ingat saat-saat mengetahui kabar duka ibunya.

Kala itu, ia mendapatkan chat WhatsApp dari anggota keluarganya yang lain.

"Masih ingat dulu, pas ngecek hp ada WA keluarga yang nge-chat, 'ibu, ibunya Yusuf udah enggak ada'," cerita Yusuf.

Membaca kabar mengejutkan itu, ia langsung diam.

Dalam hatinya, Yusuf bertanya mengapa sang bapak tak memberi tahunya.

"Saya langsung diem kenapa bapak enggak bilang. Langsung pulang ke paviliun langsung telepon bapak," ujarnya.

Melalui sambungan telepon, ia bertanya kepada ayahnya soal kebenaran ibunya meninggal.

"Kenapa Bapak enggak bilang," kata Yusuf pada ayahnya saat itu.

"Ya mau bilang sama siapa Nak," ucap Yusuf menirukan jawaban sang ayah.

Kemudian, Yusuf pun langsung bergegas pulang ke rumahnya.

Di makam ibunya, ia hanya bisa diam, nangis pun tak bisa.

"Pas pulang ke rumah saya langsung diem di makamnya mama. itu pun enggak nangis, mungkin Yusuf udah ikhlas," kata Yusuf.

Kini, Yusuf Maulana pun mempersembahkan kelulusannya dari Akmil untuk sang ibu yang telah tiada.

Ayahnya pun bersyukur, sambil menangis dan memeluk putranya, Anda Sunarto mendoakan kesuksesan anaknya.

"Semoga perjalanannya lancar ya Nak," katanya kepada Yusuf. (Putra Dewangga Candra Seta)

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul VIDEO Perjuangan Anak Petani Jadi Perwira Korps Wanita TNI AD, Baru Bisa Masuk Akmil Usia 27 Tahun

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini