TRIBUNNEWS.COM, BLANGKEJEREN - Kapolres Aceh Tenggara (Agara), AKBP Rahmad Hardeni Yanto Eko Putra SIK, berjanji dan komit untuk mengusut tuntas kasus kebakaran rumah Asnawi Luwi, wartawan Serambi Indonesia di Desa Lawe Loning, Kecamatan Lawe Sigala-gala, Agara, Selasa (30/7/2019) dini hari.
Menurut Kapolres, pihaknya akan menurunkan tim forensik dari Medan dan tim dari Polda Aceh untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) terkait kejadian tersebut.
"Sampai saat ini, kita sudah periksa enam warga setempat sebagai saksi terkait kasus kebakaran itu," ujar AKBP Rahmad Hardeni.
Kapolres mengungkapkan, dirinya yang pertama kali mengetahui kejadian itu setelah dikabari oleh korban (Asnawi-red) dan meminta bantuan agar mobil pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi rumahnya.
Baca: Firasat Tari Sebelum Ayahnya Meninggal Tertabrak Truk Kontainer di Depan Mako Brimob Polda Kalbar
Sehingga, saya bersama anggota lain langsung turun ke lokasi. Saya bersama anggota dan sejumlah warga sampai pukul 05.00 WIB pagi masih berada di tempat kejadian," jelas Kapolres.
Agar segera terungkap siapa pelaku dan apa motifnya, AKBP Rahmad Hardeni meminta bantuan dan dukungan dari semua elemen masyarakat untuk melapor ke pihaknya jika ada informasi baru yang terkait dengan kejadian tersebut.
Sedang Tertidur
Rumah semi permanen milik Asnawi Luwi, Wartawan Serambi Indonesia di Aceh Tenggara, diduga dibakar OTK, Selasa (30/7/2019) sekitar pukul 01.30 WIB.
Akibatnya, mobil hangus, plafon dan kamar juga hangus.
Api berhasil dipadamkan sekitar pukul 03.00 WIB setelah mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi.
Sejumlah masyarakat mengatakan, api dengan cepat menjalar bangunan garasi mobil yang terbuat dari terplek dan kayu.
Baca: Kasus Dugaan Penipuan Rp 150 Miliar, Mantan Wagub Bali Sudikerta Dilimpahkan ke Kejaksaan
Api membara sekaligus ke sekeliling garasi mobil sehingga dengan cepat membakar seluruh bangunan.
Masyarakat memadamkan api dengan menyiram air.
Namun, api tidak bisa dipadamkan sehingga mobil hangus.
Namun, setelah dua mobil Damkar tiba api pun padam.
Musibah itu langsung ditinjau Kapolres Aceh Tenggara, AKBP Rahmad Hardeny Yanto Ekosahputro SIK, Wabup Agara Bukhari, Kadis Sosial Karimin, Kadis Syariat Islam M Ikbal Selian.
Korban kebakaran, Lisnawati mengatakan, saat ini mereka panik, pihaknya berlari membawa satu anak yang paling kecil berusia 3 tahun.
Sedangkan suaminya, berlari membawa kedua anak laki-laki yang tertidur pulas.
Mereka ke luar melalui lewat pintu belakang rumah, karena asap dan api telah menjalar di bagian depan rumahnya hingga ke ruang tamu.
Mereka menduga, rumah yang terbakar tersebut diduga ada unsur kriminalitas terhadap pembakaran rumah mereka oleh OTK, karena suaminya bekerja sebagai wartawan di Agara.
Bahkan sebelumnya, juga ketika suaminya ke Banda Aceh ada orang tidak dikenal mendatangi rumahnya mencari-cari suaminya.
Baca: Kecelakaan di Depan Mako Brimob: Saksi Melihat Sebagian Tubuh Korban di Bawah Truk Kontainer
Dan gerak-geriknya mencurigakan karena berkeliling memperhatikan rumahnya.
"Kami minta Kapolda Aceh dapat mengungkap kasus pembakaran rumah wartawan tersebut. Ini diduga ada kaitan untuk membungkam wartawan yang menulis kebenaran," ujarnya.
Pria Tinggi Besar
Rumah milik Asnawi Luwi (38), wartawan Serambi Indonesia di Aceh Tenggara (Agara), Selasa (30/7/2019) dini hari sekitar pukul 01.30 WIB, musnah terbakar.
Empat hari menjelang musibah itu, seorang pria tak dikenal berpostur tinggi besar sempat singgah di rumah yang berlokasi di Desa Lawe Loning Aman, Kecamatan Lawe Sigala-gala, tersebut sambil menanyakan keberadaan Asnawi.
Informasi tentang sosok pria yang digambarkan tinggi besar tersebut dilaporkan Lisnawati (36), istri Asnawi kepada Serambi, kemarin.
Menurut Lisnawati, pada Jumat (26//2019) pagi sekitar pukul 09.30 WIB, seorang pria yang mengendarai sepeda motor dinas--menurutnya mirip pelat kendaraan dari salah satu institusi--terlihat mengamati rumahnya dari sisi kiri dan kanan.
Baca: Jokowi Tak Ingin Tergesa-gesa Memutuskan Lokasi Ibu Kota Baru
Waktu itu, kata Lisnawati, di rumah dirinya bersama tiga anak dan seorang pembantu.
"Seorang anak saya keluar. Saya mengintip dari balik jendela untuk memastikan siapa pria di luar," kata perempuan asal Montasik, Aceh Besar yang sehari-hari bertugas sebagai bidan desa di Kecamatan Lawe Sigala-gala.
"Saya bertanya, Bapak cari siapa?" kata Lisnawati mengutip komunikasinya dengan orang tak dikenal itu.
Orang yang berpakaian preman itu, menurut Lisnawati, balik bertanya, "Ada Pak Asnawi?"
"Saya bilang Pak Asnawi sedang di Banda Aceh rapat. Apa ada yang mau bapak titip pesan biar saya sampaikan. Atau kalau penting sekali hubungi saja ke nomor hp beliau, apa bapak ada nomor hp-nya?” timpal Lisnawati sambil memberikan nomor hp Asnawi karena menurut orang tersebut dia tidak punya nomor Asnawi.
Baca: Polisi Sebut Ini Tujuan Abah Grandong Makan Kucing Hidup, Pelaku Diburu ke Banten
Setelah dialog singkat itu, laki-laki yang berbicara dengan Bahasa Indonesia namun logat Alas tersebut langsung pamit.
Lisnawati mengaku tidak pernah melihat orang itu di Kecamatan Lawe Sigala-gala padahal dia sering keluar masuk kampung sebagai bidan desa.
"Saya yakin orang itu bukan orang sini, tapi dari kota (Kutacane, ibu kota Kabupaten Aceh Tenggara-red)," ujar Lisnawati.
Jarak antara Desa Lawe Loning Aman dengan Kutacane sekitar 28 km sedangkan ke Lawe Pakam, perbatasan Sumut-Aceh berjarak 7 km.
Ditanya apa kira-kira permasalahan yang dihadapi suaminya hingga ada dugaan memunculkan kemarahan pihak-pihak tertentu, menurut Lisnawati dia tidak tahu karena suaminya hampir tak pernah cerita menyangkut pekerjaan.
"Tapi suami saya sering menyampaikan kurang nyaman bertugas di Aceh Tenggara," ungkap Lisnawati.
Mengenai kedatangan pria tak dikenal itu ke rumahnya, Lisnawati mengaku sudah memberitahukan kepada sang suami, saat suaminya kembali dari Banda Aceh pada Senin (29/7/2019).
"Saya juga tidak kenal dengan orang dengan ciri-ciri yang disampaikan istri saya. Tak ada juga telepon yang masuk dari nomor tertentu," kata Asnawi ketika melaporkan kronologis kasus itu kepada Serambi, malam tadi.
Berkacamata Hitam
Dugaan bahwa rumah Asnawi bukan terbakar (tapi dibakar) dikuatkan dengan keterangan warga setempat.
Menurut warga, beberapa orang asing mendatangi rumah itu dalam kesempatan berbeda sebelum kebakaran tersebut terjadi.
Muslim, kakak Asnawi, kepada Serambi, kemarin mengatakan, sebelum kejadian itu, ada warga yang sempat melihat seorang pengendara sepeda motor menggunakan helm serta kaca mata hitam, memasuki lorong rumah korban.
Namun, warga tersebut tak menaruh curiga terhadap orang tersebut.
Dijelaskan, api berasal dari garasi mobil yang berdinding triplek. Kemudian, api menyambar bagian depan rumah.
Korban meyakini rumahnya dibakar OTK terkait dengan pemberitaan yang sebelumnya dimuat di Serambi Indonesia.
Dalam beberapa bulan terakhir, Aswani sering memberitakan kasus Galian C dan illegal logging di lokasi PLTMH Lawe Sikap.
"Sebelumnya ada seseorang mendatangi rumah korban dan meminta nomor Hp Asnawi dari istrinya. Orang itu menggunakan sepeda motor dinas," kata Muslim yang menguatkan dugaan tersebut.
Peristiwa itu memunculkan keprihatinan berbagai kalangan, seperti aktivis sosial dan kemanusiaan, pekerja pers, aktivis antikorupsi, aktivis lingkungan, dan berbagai kalangan lainnya.
Semua pihak mendesak agar polisi bergerak cepat mengusut kasus yang mereka nilai sebagai bentuk teror kepada pekerja pers.
Lembaga/organisasi yang menyampaikan sikap antara lain Aliansi Jurnalis Independen (AJI), PWI, Koalisi NGO HAM Aceh, Walhi, anggota DPD-RI, anggota legislatif, Ombudsman RI Perwakilan Aceh, Forum PRB Aceh, dan sejumlah elemen sipil lainnya. (c40)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Misteri Pria Tinggi Besar, Di Balik Kebakaran Rumah Wartawan Serambi di Aceh Tenggara