Sementara, menurut Sukadi, ayah Nur, sejak menyandang status janda, anaknya itu sempat mengalami depresi karena bercerai.
Saat itu, Nur memilih berpisah karena tidak mendapat nafkah dari suami. Waktu menikah, usianya masih sangat muda, 16 tahun.
Karena depresi, Sukadi kemudian berusaha mengobati Nur dengan meminta bantuan Mbah Dirgo. Benar saja, setelah beberapa kali melakukan pengobatan, Nur mulai merasa sehat.
“Anak saya lulusan SD. Dulu sehat-sehat saja. Namun, setelah bercerai, sering ngomong dan ketawa-ketawa sendiri,” ujar Sukadi.
Karena sering bertemu, buah-buah cinta muncul dimulai dari Nur.
Nur menyatakan ke orangtuanya untuk menentukan pasangan hidup. Bagi Sukardi, ia tak mempersoalkan siapa pun jodohnya.
Asalkan anaknya bahagia dan sehat, ia dan keluarga turut bahagia.
Sementara itu, Nur yang saat itu mendapat persetujuan orangtuanya kemudian mulai melangkah ke jenjang yang lebih serius untuk menikah.
Bahkan, Nur mengaku telah meminta pertimbangan ke beberapa anak calon suaminya.
"Sebelumnya saya nanya bapak dulu. Saya waktu itu bilang yang penting saya bisa sehat dan senang bisa menikah. Dan bapak mengizinkan. Saya juga sempat minta masukan anak kakek (Mbah Dirgo)," ujar Nur.
Pernihakan pun akhirnya dilangsungan di kediaman Mbah Dirgo sehari setelah perayaan HUT Kemerdekaan RI.
Nur mengenakan baju pengantin berwarna kuning, sementara Mbah Dirgo terlihat lebih muda dengan balutan jas hitam. Keluarga kedua belah pihak pun turut menyaksikan.
Salah satu anak Mbah Dirgo, Sutarti (51), menyebut, pernikahanya dengan Nur merupakan pernikahan yang keempat.
Istri ketiga ayahnya meninggal dunia pada 2013. Sementara dirinya lahir dari istri pertama dalam pernikahan pada 1957.