Banyaknya orang di satu tempat yang sama tidak hanya akan memberi ketidaknyamanan bagi pengunjung, tetapi juga dikhawatirkan akan mengubah perilaku satwa.
Di sisi lain, bertambahnya jumlah klotok/kapal meningkatkan beban sungai dan menciptakan polusi suara akibat suara knalpot klotok maupun pencemaran air akibat limbah yang terbuang ke sungai.
Mengantisipasi hal ini, para pelaku dan pengelola kawasan pun tengah merancang pengaturan tata kelola wisata agar dampaknya tidak kian meluas dan dapat diminimalkan.
Penerapan praktik pariwisata berkelanjutan yang dikemas dalam ekowisata dalam hal ini menjadi amat penting.
Setiap wisatawan, operator wisata, maupun pihak taman nasional memiliki peranan tersendiri dalam menjaga kelestarian ekosistem orangutan ini.
OrangutanDays dan YKAN I TNC pun membuka kesempatan lebih luas kepada setiap orang untuk turut berkontribusi.
Dalam program kerja sama yang akan berlangsung selama setahun ini, OrangutanDays akan menyisihkan donasi dari setiapĀ pembelian paket tur dan suvenir untuk membantu menyelamatkan orangutan melalui YKAN I TNC.
Melindungi orangutan di habitatnya, sama halnya melindungi seluruh spesies flora dan fauna yang ada di dalamnya, yang sekaligus bermakna besar bagi peradaban manusia.
Ironisnya, kera besar yang 80 persen dari total populasi mendiami hutan-hutan di Indonesia ini kian terancam.
Berdasarkan hasil Population Habitat Viability Assessment (PHVA) orangutan tahun 2016, diperkirakan di Indonesia terdapat 60.060 individu orangutan yang tersisa di Sumatera dan Kalimantan di habitat seluas 15.640.754 hektar.
Hasil PHVA 2016 juga menunjukkan bahwa populasi orangutan di Indonesia tersebar di 39 metapopulasi.
Namun, diperkirakan hanya 23% metapopulasi di Indonesia yang akan lestari dalam 100-500 tahun ke depan.
Ada beberapa faktor penyebab yang meningkatkan risiko kepunahan orangutan, yakni deforestasi dan konversi hutan, perburuan dan perdagangan ilegal, konflik manusia-orangutan, serta kebakaran hutan.