TRIBUNNEWS.COM - AK dan tiga pelaku lain telah diamankan dalam kasus pembunuhan Pupung dan Dana.
AK sempat ditolak suaminya untuk menjual rumah guna melunasi utang Rp 10 miliar.
Ia lalu memilih menyewa eksekutor dengan membayar Rp 169 juta rupiah.
Kapolres Sukabumi, AKBP Nasriadi mengatakan, utang miliaran rupiah yang melilit AK akibat usaha yang gagal.
AK sempat merintis usaha restoran namun tak berhasil.
Selain itu, AK juga kerap menggunakan kartu kredit.
"Dia mau usaha restoran tapi gagal, sedangkan AK ini banyak bermain di kartu kredit atau GC tunai. karena itu dia mengalami kebangkrutan," kata Nasriadi di Mapolda Jabar, Jumat (30/8/2019), dikutip dari Kompas.com.
Baca: AK Sempat Ajak Suaminya Berhubungan Badan Sebelum Membunuh, 2 Eksekutor Gagal Ikut, 1 Alami Ayan
Baca: Dengar Teriakan dan Hampir Pergoki Aksi Pembunuhan, Misem Langsung Dibekap 2 Cucunya, 1 Gigi Copot
AK berniat untuk meminta suaminya menjual rumahnya di Lebak Bulus untuk membayar utang tersebut.
Namun, Pupung menolak permintaan AK tersebut.
Pupung juga sempat mengancam akan menghabisi AK apabila nekat menjual rumah.
Rasa sakit hati ini membuat AK berniat untuk membunuh suaminya.
Menurut Nasriadi saat ditemui beberapa waktu lalu, pembunuhan sudah direncanakan sejak bulan Juli.
"Perencanaan ini sudah terencana sejak bulan Juli yaitu saudari AK merasa sakit hati kepada suaminya karena AK punya utang Rp 10 miliar di dua bank," katanya di Mapolres Sukabumi, Rabu (29/8/2019) dikutip dari Tribunnews Bogor.
Setelah sempat mencoba jasa paranormal namun gagal, AK akhirnya berencana membunuh Pupung dan Dana pada Agustus 2019 dengan menyewa pembunuh bayaran.
Keempat eksekutor didapat oleh AK melalui mantan pembantunya.
Empat pembunuh bayaran yang berasal dari Lampung ini dijanjikan uang sebesar Rp 500 juta.
Namun, hingga AK ditangkap, ia baru membayar Rp 169 juta.
Pembayaran tersebut dilakukan secara bertahap oleh AK.
"Saudari AK telah mengeluarkan dana kepada saudara RD sebagai salah satu perencana pembunuhan itu menggunakan Bank BCA Rp 68 juta dan BRI sebanyak Rp 90 juta, dan juga mengeluarkan kepada saudara AG Rp 1 juta, terakhir Rp 10 juta. Jumlahnya jadi Rp 169 juta," kata Nasriadi, Jumat (30/8/2019).
Iming-iming bayaran Rp 500 juta tersebut karena eksekutor RD beralasan butuh biaya operasional seperti membeli senjata dan lain-lain.
Baca: Terjerat Utang Rp 10 Miliar, Aulia Kesuma Stres Ingin Bunuh Diri
Baca: Viral Video Ospek Mahasiswa Baru, Disuruh Jalan Jongkok dan Berbagi Air Minum yang Telah Diludahi
Untuk diketahui, empat pembunuh bayaran yang disewa oleh AK adalah SG, AG, AL, dan RD.
SG dan AG terlibat langsung dalam pembunuhan terhadap Pupung dan Dana.
Sementara AL dan RD gagal ikut beraksi karena AL mengalami ayan saat di tengah perjalanan menuju rumah AK.
Lebih lanjut, Nasriadi mengatakan, RD merupakan mantan asisten rumah tangga AK.
AK rela mengeluarkan uang ratusan juta untuk meghabisi suaminya karena ia meras atak mampu mengeksekusi dua korban sendirian.
"Yang jelas istri tak mungkin melawan suami secara fisik makanya dia menyewa orang untuk membantu melakukan pembunuhan ini," kata Nasriadi.
Setelah berhasil membunuh Pupung dan Dana, AK dan anaknya KV, membakar jasad mereka.
Aksi tersebut dilakukan di dalam mobil di Cidahu, Sukabumi, pada Minggu (25/8/2019).
KV merupakan anak AK yang terlibat dalam aksi pembunuhan ini.
KV bahkan menjadi pelaku yang menyiram dan membakar mobil berisi jasad Pupung dan Dana.
Akibat aksi tersebut, KV harus mengalami luka bakar hingga 35 persen dan dirawat di RS Pertamina.
"KV pun ikut terbakar sebanyak 35 persen di bagian muka, rambut, tangan dan kaki," tambah Nasriadi.
(Tribunnews.com/Miftah)