Kemudian, pelaku tidur di kamar dan ayahnya tidur di ruang TV.
"Karena orang kaya gitu artinya masih labil kejawaannya sehingga lakukan tindakan tersebut. Tapi kita belum bisa memastikan karena itu ranahnya medis," kata Taifur.
Ketika pukul 05.00 WIB pagi, istri korban datang ke rumah itu melihat sudah dalam keadaan tergeletak penuh darah.
"Pelaku tidur sama bapaknya satu rumah, istri korban dengan anak perempuannya dirumah sebelahnya. Begitu datang lihat kondisi itu langsung teriak, warga datang dan langsung kami (polisi) datang," ungkap Taifur.
Adapun pelaku Suherman ditangkap sekitar pukul 07.30 WIB di rumah kakanya yang tak jauh dari lokasi kejadian.
Korban dipukul bagian kepala dengan linggis sebanyak tiga kali.
"Korban meninggal di tempat, hasil otopsi meninggal akibat benda tumpul atau pakai linggis tapi bukan bagian yang tajamnya," kata Taifur.
Kasus ini masih dalam pengembangan, pihaknya masih terus intens melakukan penyelidikan motif pasti tindakan pembunuhan tersebut termasuk menunggu hasil tes kejiwaan.
Sebelumnya, Turiman (40) warga setempat mengungkapkan Suherman dahulu merupakan bos lapak rongsokan.
Akan tetapi 5 tahun lalu usahanya bangkrut, tak lama itu juga ia ditinggal istrinya.
"Dulu banyak uang, saat masih jadi bos limbah bos lapak. Dia baik juga, kalau lagi pulang ke rumah suka kasih rokok kopi aja sama bapak-bapak disini," ujarnya kepada Wartakota, Minggu (1/8/2019).
Akan tetapi, ketika usahanya bangkrut dan ditinggal istri ia kerap menyendiri.
"Dulu tinggal di lapak rongsokannya engga jauh dari rumahnya. Tapi pas bangkrut sekitar satu tahun jadi tinggal sama orangtuanya," jelas dia.
Kemudian, saat tinggal bersama orangtuanya beberapakali terlihat Suherman kumat dengan marah dan teriak-teriak sendiri.