TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Seorang bayi berusia tiga hari meninggal dunia diduga akibat terpapar asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Riau.
Bayi malang tersebut meninggal dunia dalam perjalanan menuju RS Syafira Pekanbaru.
Menurut ayah bayi Evan Zebdrato, anaknya sempat mengalami sesak napas, batuk-batuk dan demam tinggi.
"Pada hari kedua setelah kelahiran, anak saya mengalami batuk-batuk dan juga sesak napas langsung saya ke bidan dan bidan memberikan obat. Setelah pulang dari bidan tiba-tiba demam tinggi," ujar Evan.
Hari Rabu (18/9/2019), demam bayi yang belum sempat diberi nama ini tidak turun dan bibir bayi mulai menghitam.
"Istri saya terkejut. Ketika istri saya bilang bibir anak saya menghitam dan panasnya makin tinggi, malam itu juga saya langsung bawa ke RS Syafira, namun dalam perjalanan bayi saya tidak tertolong lagi namun bayi diperiksa dokter RS Syafira," jelas Evan.
Ditambahkannya, dokter sempat memeriksa bayi dan mengatakan bayi terkena virus akibat asap.
"Rencananya siang nanti sekitar pukul 1 siang akan dikebumikan di Binjai Kecamatan Tenayan Raya," kata Evan.
Anak Sulung Nuri Meninggal Terpapar Asap
Air mata Nuri Andre Labamba, ibu rumah tangga asal Rumbai Pekanbaru terus mengucur tidak bisa menahan kesedihan saat kehilangan anaknya Akbar Assyfa (3) yang meninggal 2011 lalu akibat terpapar asap.
Seakan menjadi trauma yang hebat dalam hidupnya ketika bencana asap kembali berulang di Riau.
Tidak hanya kehilangan anak akibat bencana asap, Nuri Andre Labamba juga saat ini menderita asma berkepanjangan.
Baca: Dewi Soekarno Dapat Nilai Terbaik untuk Pelajaran Bahasa Inggris Saat Masih SMA di Jepang
Penyebabnya adalah karena terpapar asap beberapa tahun lalu, sampai sekarang Asma yang diderita oleh Nuri tak kunjung sembuh.
Apalagi bencana asap akibat Karhutla saban tahun selalu menghantui Riau.
Tahun 2019 ini, Nuri kembali dirundung kesedihan.
Penderitaan karena asap kembali menyerang wilayah tempat tinggalnya.
Bahkan Nuri harus rela tinggal di posko pengungsian untuk tetap bisa bertahan hidup.
Nuri masuk ke posko pengungsian pada Jumat (13/9/2019) lalu.
Awalnya Nuri sudah diserang sesak saat masih bertahan di rumahnya, sempat dilarikan ke RS Santa Maria karena sesak nafas yang dideritanya semakin parah.
Kemudian anaknya paling bungsu Adelia (6) juga saat itu sudah menderita sesak dan batuk akibat asap.
Setelah mendapatkan informasi ada tempat pengungsian, Nuri bersama keluarga meminta bantuan untuk dijemput relawan.
Nuri trauma kisah masa lalunya yang harus kehilangan anaknya saat itu, ia pun tidak ingin itu terulang pada anaknya Adelia yang sempat membiru bagian bibirnya akibat terpapar asap.
Baca: Pertama Kali Liburan ke Malaysia, Simak Itinerary Penang 3 Hari 2 Malam
"Alhamdulillah setelah kami di pengungsian bisa lebih nyaman dan sekarang tidak perlu lagi pakai obat, sesaknya sudah hilang," ujar Nuri yang tinggal di pengungsian bersama anaknya Adelia, sedangkan dua anaknya yang sudah berusia diatas lima tahun tetap bertahan dengan suaminya di rumah.
Nuri yang berprofesi sebagai guru honor di satu sekolah di Pekanbaru ini mengaku mengalami trauma yang mendalam, karena ia harus berpisah untuk selamanya dengan anaknya.
Saat itu anaknya berusia tiga bulan dan selalu dibawa ke sekolah tempat Nuri mengajar, dengan menggunakan gendongan setiap hari anaknya digendong dengan mengendarai sepeda motor ke sekolah.
Pada saat itu tepatnya 2009 kabut asap juga lumayan tebal di Riau dan sejak itulah anaknya mulai terserang batuk berkepanjangan.
"Setiap hari saya bawa anak dengan gendongan naik sepeda motor ke sekolah, sambil menangis saya jalankan aktivitas itu, karena saya harus mengasuh anak, di satu sisi lagi harus mengajar," ujarnya.
Hari terus berlalu namun sang anak Akbar terus menderita batuk semakin hari semakin parah, hingga dirawat di satu RS di Pekanbaru, saat itu didiagnosa menderita gangguan pada bagian paru.
"Tiga bulan di rawat di RS di Pekanbaru, delapan bulan di rumah pakai oksigen terus di hidungnya, karena kalau nggak pakai oksigen dia langsung sesak," ingatnya.
Baca: Fairuz A Rafiq dan sang Kakak Singgung soal Jadi Artis Modal Bully, Sindir Barbie Kumalasari?
Puncaknya Nuri bersama suami memutuskan untuk merujuk sang anak ke RSCM Jakarta dan sempat menjalani perawatan disana, namun usaha Nuri tidak menuai hasil dengan kesehatan sang anak.
Anaknya akhirnya meninggal pada tahun 2011 dengan kondisi yang sudah kurus, dari hasil pemeriksaan di RSCM paru-paru buah hatinya mengalami kerusakan parah akibat paparan asap akibat Karhutla di Riau.
"Saya nggak mau kehilangan anak lagi gara-gara asap," ujarnya bercerita sambil mencucurkan air mata.
Untuk itulah Nuri bersama anaknya yang paling bungsu tetap akan bertahan di posko pengungsian untuk menghindari paparan asap yang mengancam kehidupan mereka.
Kepada seluruh masyarakat di Riau, Nuri mengingatkan agar tidak menganggap sepele dampak asap terhadap anak, karena meskipun tidak saat ini, dampak jangka panjang juga akan dialami anak-anak sebagai generasi penerus.
"Cukup anak saya yang jadi korban, jangan sampai anak-anak lain juga ikut jadi korban asap," ucapnya sedih. (Tribunpekanbaru.com/Doddy Vladimir)
Artikel ini telah tayang di Tribunpekanbaru.com dengan judul BREAKING NEWS : Bayi Berusia Tiga Hari Meninggal Dunia Diduga Akibat Terpapar Asap Karhutla di Riau