TRIBUNNEWS.COM -- KEBAKARAN hutan, kebun dan lahan di beberapa wilayah dalam Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) hingga kini masih terus terjadi.
Tim gabungan Satgas Darat Karhutla yang terdiri dari unsur TNI, Polri, TRC BPBD dan masyarakat berjibaku memadamkan api hampir setiap hari.
Mereka rela meninggalkan anak, istri dan keluarganya di rumah hingga mengorbankan waktu istirahatnya demi sebuah tugas mulia.
Terkadang mereka tidak sempat lagi istirahat, karena baru pulang memadamkan api tiba-tiba mendapat laporan di tempat lain juga terjadi kebakaran.
Baca: 6 Tahun Menikah dengan Suami Pengidap HIV, Pengakuan Wanita Ini Diluar Dugaan, Hidup Normal
Baca: 5 Fakta Negeri di Atas Awan Gunung Luhur, Diusulkan Jadi Geopark, Pengunjung Sesalkan 1 Hal
Baca: Empat Kader Berencana Gugat DPP Gerindra, Salah Satunya Ervin Luthfi yang Digantikan Mulan Jameela
Baca: Istrinya Berpenghasilan Miliaran, Suami Nella Kharisma Masih Kerja Sebagai Penabuh Gendang
Tak ada pilihan lain, demi tugas mereka terpaksa langsung menuju lokasi yang dilaporkan tersebut untuk memadamkan api agar tidak meluas.
Tugas mereka tidak boleh dianggap remeh, sebab mereka bertaruh nyawa melawan kobaran api yang memakan setiap tumbuhan di atas lahan yang terbakar.
Bahkan mereka beberapa kali nyaris terpanggang jadi santapan api saat berupaya memadamkan kebakaran hutan, kebun dan lahan.
"Saro, nanggong nian kami, kulit raso ngelupas galo," cerita salah seorang anggota Satgas Karhutla, Ari Wijaya pada Tribunsumsel, Minggu (22/9/2019).
Meski demikian, anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Muratara itu tetap semangat memadamkan api.
Walaupun imbalan yang mereka terima sebagai anggota TRC BPBD Muratara sangat jauh dari kata cukup, hanya Rp 750 ribu setiap bulannya.
Baca: Tes Kepribadian: Tipe Wanita yang kamu Sukai Bisa Mencerminkan Kepribadianmu, Cobalah di Sini
Baca: Ramalan Zodiak Besok Selasa 24 September 2019 Scorpio Pilih Santai, Sagitarius Bakal Kesulitan
Baca: Kekeringan Ekstrem di Jawa Tengah Bisa Dicegah Melalui Operasi Hujan Buatan
"Kami pegawai honorer, kalau gaji kami di TRC ini 750 ribu. Kalau honor jadi Satgas Karhutla 145 ribu per hari, itulah makan minum, rokok, dan minyak motor (bbm)," katanya.
"Inilah loyalitas kami sebagai anggota TRC BPBD Muratara, dimanapun kami ditugaskan, kami akan bekerja dengan penuh semangat," tambahnya.
Anggota Satgas lainnya, Pandi yang juga tergabung dalam TRC BPBD Muratara ingin menunjukkan loyalitasnya mengabdikan diri dalam menanggulangi Karhutla.
Seperti baru-baru ini, ia bersama anggota Satgas yang lain berjibaku memadamkan Karhutla menggunakan alat manual dengan cara memukul kobaran api pakai kayu.
"Malam itu sangat kewalahan sekali kami, karena tidak ada air, jadi kami padamkan api dengan cara dipukul pakai kayu dan ranting pohon," ungkapnya.
Pandi yang juga menerima gaji Rp 750 ribu per bulan itu mengaku tak pernah sedikit pun terlintas di benaknya untuk mengeluh atas pekerjaan yang dilakoninya.
Sebagai anggota TRC yang berstatus pegawai honorer di kantor BPBD Kabupaten Muratara, ia memang harus menjadi yang terdepan menanggulangi setiap terjadi bencana.
"Saya tetap loyalitas setiap ada bencana. Tidak hanya kebakaran ini saja, bahkan banjir, orang tenggelam, orang hilang pun kami turun ikut bantu mencari," kata Pandi.
Sebelumnya, Satgas Darat Karhutla dari anggota TNI, Kopral Ferly bersama rekannya mengaku pernah terkepung api dan nyaris jadi santapan si jago merah.
Kejadian itu terjadi saat dirinya dan tim Satgas Darat Karhutla tengah memadamkan api pada kebakaran lahan perkebunan sawit.
"Saat itu kami berupaya memadamkan api sejak pagi hingga petang, saya dan satu lagi teman saya tertinggal dari rombongan, kami terkepung api," kata Ferly.
Diceritakan, saat ia dan seorang temannya usai memadamkan api di satu titik dan hendak berpindah ke titik lain ternyata di sekelilingnya sudah dikepung api.
"Kami mau pindah, pas mau naik motor, kami lihat semua jalan yang akan kami lewati sudah terkepung api, kami terjebak," ujarnya.
Karena sudah terkepung, ia berupaya memadamkan api menggunakan kayu, namun kepulan asap membuat matanya perih dan napas terasa sesak.
"Beruntung tidak terjadi apa-apa pada kami, bersyukur masih diberikan keselamatan, akhirnya kami bisa keluar dari kepungan api itu," ceritanya. (cr14)
Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Perjuangan Tim Satgas Darat Karhutla; Tetap Loyal Meski Gaji Rp 750 Ribu per Bulan