TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pihak Kepolisian RI menduga bahwa kerusuhan seperti yang terjadi di Expo Waena, Kota Jayapura, Papua, Senin (23/9/2019), tak lepas dari peran Benny Wenda.
Benny Wenda diduga menjadi dalang kerusuhan di Papua dan Papua Barat.
Benny yang kini tinggal di Inggris itu merupakan pemimpin United Liberation Movement for West Papua (ULMWP).
"Dari awal Bapak Kapolri sudah menyampaikan bahwa desain seperti ini tidak luput dari peran BW, ULMWP, yang ada di luar negeri," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin malam.
Menurut Dedi, peristiwa tersebut juga tak lepas dari organisasi lain yang terkait ULMWP yaitu Komite Nasional Papua Barat (KNPB).
Baca: Cerita Anggota Densus 88 Intai Terduga Teroris, Menyamar Jadi Warga Biasa dan Ikut Main Voli
Baca: Ngeri Banget! Ular Piton Ngamuk Gigit Kepala Pria Ini Setelah Mulutnya Ditiup-tiup, Videonya Viral
Baca: Kisahkan Momen Lucu Bersama Ria Irawan, Aming Ungkap Ternyata Selama Ini Alami Gangguan Pendengaran
Saat ini, sejumlah petinggi kedua organisasi tersebut sedang dalam proses hukum terkait kerusuhan di tanah Papua.
Mereka di antaranya Ketua KNPB Agus Kossay, Ketua KNPB Wilayah Mimika Steven Itlay, dan Wakil Ketua II ULMWP Buchtar Tabuni.
Tak hanya itu, Dedi mengatakan bahwa KNPB menggerakkan pelaku di lapangan yaitu Aliansi Mahasiswa Papua (AMP).
Aparat kepolisian menduga, AMP tersebut diperintahkan untuk memprovokasi masyarakat di lapangan.
"KNPB itu langsung memiliki pemain lapangan di bawahnya, AMP, AMP inilah yang digunakan oleh mereka untuk memprovokasi masyakarat maupun mahasiswa Uncen yang ada di Jayapura," ujar dia.
Terkait kerusuhan tersebut, Dedi mengatakan, awalnya mahasiswa Papua yang pulang kampung ke Papua menduduki Universitas Cendrawasih (Uncen).
Sebagian besar mahasiswa itu disebutkan datang dari Sulawesi.
Dedi mengatakan, mahasiswa tersebut diduga ingin mendirikan posko di area Uncen.
Menurut polisi, posko tersebut diduga untuk melakukan propaganda dan rencana aksi lainnya. Kemudian, pihak rektorat dan sebagian mahasiswa Uncen yang tidak setuju menghubungi kapolda setempat.